Hubungan AS-Tiongkok Kian Memanas, Rupiah Lesu ke 14.715 per Dolar AS
Nilai tukar rupiah pada perdagangan sore ini, Kamis (28/5) melemah 0,03% ke level Rp 14.715 per dolar Amerika Serikat. Rupiah melemah terimbas ketegangan hubungan antara AS dan Tiongkok usai persetujuan Parlemen Tiongkok terhadap UU Kemanan Hong Kong.
Tak hanya rupiah, pelemahan juga terlihat pada sebagian mayoritas mata uang Asia sore ini. Mengutip Bloomberg, yen Jepang menurun 0,07%, dolar Taiwan 0,03%, won Korea Selatan 0,41%, peso Filipina 0,08%, rupee India 0,06%, dan ringgit Malaysia 0,16%.
Sementara, dolar Hong Kong menguat 0,01%, dolar Singapura 0,03%, yuan Tiongkok 0,11%, dan baht Thailand 0,17%.
(Baca: Bertambah 687 Kasus, 24.538 Orang di RI Positif Terinfeksi Corona)
Adapun kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate yang dipublikasikan BI pukul 10.00 WIB menempatkan rupiah pada posisi Rp 14.769 per dolar AS, turun 8 poin.
Kepala Riset dan Edukasi Ariston Tjendra menilai, pasar masih mewaspadai perkembangan sikap AS yang bisa memperkeruh hubungan dengan Tiongkok. "Persetujuan Tiongkok terhadap UU keamanan Hong Kong hari ini meningkatkan tensi hubungan kedua negara yang bisa memberikan dampak negatif ke perekonomian global," kata Tjendra kepada Katadata.co.id, Kamis (28/5).
Adapun hubungan dua negara dengan ekonomi terbesar di dunia tersebut semakin tegang setelah Presiden AS Donald Trump merespon Undang-Undang Keamanan di Hong Kong yang diusulkan oleh Tiongkok. Namun, Sekretaris Negara AS Mike Pompeo menyatakan Hong Kong tidak lagi memerlukan perlakuan khusus berdasarkan hukum AS. Sebab, undang-undang keamanan tersebut bisa menjadi pukulan terhadap status Hong Kong sebagai pusat keuangan utama.
(Baca: BI Kantongi Rp 443,48 T Surat Utang Pemerintah)
Meski demikian, rupiah sepanjang hari ini bergerak menguat sebelum ditutup melemah tipis. Adapun pagi tadi rupiah dibuka pada level Rp 14.740 per dolar AS.
Tjendra menilai, konsolidasi rupiah tersebut merupakan respon pasar yang optimis akan adanya potensi pertumbuhan ekonomi. "Dengan bertambahnya rencana atau pelaksanaan pembukaan lockdown di negara pandemi," ujarnya.