Tradisi Sasi, Hukum Adat Jaga Ekosistem Laut

Image title
Oleh Melati Kristina Andriarsi - Tim Riset dan Publikasi
8 Maret 2021, 19:14
Seorang pemuda membawa hasil tangkapan ikan
Sumber: Mongabay
Seorang pemuda membawa hasil tangkapan ikan

Tradisi Sasi di Haruku juga mempunyai keunikan dalam pembagian hasil ikan. Orang janda dan anak yatim piatu diperbolehkan mengambil ikan dari jaring masyarakat lainnya ketika ritual pembukaan Sasi.

Atas keberhasilan kearifan adat Haruku dalam menjaga keseimbangan ekosistem, Eli menerima Hadiah Kalpataru pada tahun 1985 dan penghargaan Coastal Award tahun 2010. Pria berusia 71 tahun tersebut sudah mengabdi menjadi kewang dan berkontribusi menjaga lingkungan selama 41 tahun. “Kalau status menjadi mayat, jangan ngebut memotong tikungan. Dengan bekal sekolah rakyat, beta menjadi penyelamat lingkungan,” ujar Eli sambil berpantun.

Tradisi Penutupan Sasi Nggama selama Empat Tahun di Kaimana

Sama seperti Haruku, masyarakat adat di Kampung Siawatan, Kabupaten Kaimana, Papua Barat juga menerapkan tradisi Sasi laut yang disebut Sasi Nggama. Jika biasanya tradisi tutup Sasi dilakukan selama beberapa bulan, penutupan Sasi Nggama berlangsung selama empat tahun lamanya. Adapun sumber daya laut yang dijaga adalah lola, teripang, dan siput batu laga.

Kepala Kampung Siawatan Jen Wamoy menuturkan bahwa kegiatan tersebut sudah melekat di kalangan masyarakat Kaimana dan menjadi budaya suku Koiwai di Kampung Siawatan. “Sasi Nggama adalah sistem yang digunakan bagi para leluhur masyarakat untuk mengatur pemanfaatan sumber daya alam dan melindunginya dari eksploitasi,” ujar Jen dikutip dari Conservation Indonesia beberapa tahun lalu.

Di Kaimana, ritual pembukaan sasi untuk pemanfaatan hasil laut dilakukan selama satu pekan. Proses pembukaan Sasi diawali dengan memberi pengumuman kepada masyarakat adat untuk memanfaatkan sumber daya laut yang di-Sasi. Sementara pencabutan Sasi dilakukan oleh pemilik Sasi yang diwakili Handam Amerbay dengan mencabut janur kelapa di wilayah Sasi. Janur yang dicabut kemudian dicelupkan kembali ke dalam laut hingga tiga kali sebagai tanda Sasi telah dibuka sehingga boleh dimanfaatkan oleh masyarakat. 

Penutupan Sasi di Teluk Etna Kaimana Papua Barat
Penutupan Sasi di Teluk Etna Kaimana Papua Barat (Sumber: Mongabay)

Marine Protecting Area Field and Policy West Papua Conservation International (CI) Indonesia, Alberth Nebore mengungkapkan, Sasi Nggama merupakan konservasi tradisional yang dilakukan oleh masyarakat adat untuk memastikan pengelolaan perikanan secara berkelanjutan.

“Kawasan Konservasi Perairan Kaimana adalah aset masyarakat Kaimana dan Pemerintah Daerah yang dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat. Ke depannya akan dimanfaatkan sebagai zona pariwisata berkelanjutan,” kata Alberth kepada Mongabay.

Sementara Asisten II Kabupaten Kaimana, Martinus Furima menegaskan bahwa seluruh masyarakat adat di Kaimana mendukung tradisi Sasi yang telah berlangsung hingga kini. Dukungan tersebut merupakan bentuk tanggung jawab masyarakat adat terhadap pengelolaan sumber daya alam berkelanjutan.  “Masyarakat paham bahwa Sasi bertujuan untuk menjaga keberlangsungan sumber daya alam,” tuturnya.

Keberhasilan masyarakat melaksanakan Sasi menjadi bukti nyata bahwa masyarakat adat dapat mengelola wilayahnya dengan baik dan menjalankan pemanfaatan sumber daya berkelanjutan agar sumber daya alam tetap lestari.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...