Mengenal Pakaian Adat Madura untuk Pria Bangsawan dan Rakyat Biasa
- Sap-osap (saputangan): Dibuat dari kain katun berwarna putih.
- Setagen: Dibuat dari kain tenun warna merah, putih dan hitam, tidak bermotif. Setagen dikenakan di pinggang dengan lebar sekitar lima hingga 20 cm.
- Sabuk katemang raja: Bahannya dari kulit sapi, warnanya hitam atau coklat, tidak bermotif atau polos. Bentuknya seperti ikat pinggang biasa tetapi agak lebih besar.
- Alas kaki terompah: Terbuat dari kulit sapi dengan warna hitam atau cokelat. Bentuknya seperti sandal jepit atau seperti selop tertutup.
Fungsi dan Arti Pakaian Adat Madura untuk Pria Bangsawan
Fungsi rasughan totop bagi remaja pria bangsawan pada zaman dahulu dipakai untuk ke sekolah maupun untuk sehari-hari di rumah. Saputangan berguna untuk mengusap tangan agar pakaian yang dikenakan tidak kotor.
Hiasan kancing sebanyak lima hingga tujuh buah berarti bahwa manusia mempunyai lapisan raga yang terdiri dari rambut, kulit, daging, darah dan tulang sumsum. Selain itu, lima buah kancing juga berarti makna religi saat menyembah menggunakan lima jari tangan yang ditangkupkan.
Menyembah bagi orang Madura mempunyai arti memberi hormat kepada orang tua, karena kita semua berasal dari Bapak dan Ibu. Motif bunga sirih pada samper yang dipakai berkaitan dengan kepribadian dan rasa ketuhanan.
Warna baju yang dipakai mempunyai arti suci, yaitu pernyataan suatu sikap yang terus terang apapun yang terjadi dan bersifat berani dalam bertanggung jawab.
Pakaian Adat Madura untuk Rakyat Biasa
Nama pakaian adat Madura untuk pria dari kalangan rakyat biasa adalah baju pesa’an dan celana gomboran. Berikut penjelasannya.
1. Perlengkapan bagian kepala
Terdapat dua pilihan udeng untuk dikenakan, yaitu:
- Udeng santapan: Dibuat dari bahan kain batik biasa, motif telaga biru atau storjoan, dan warna merah soga.
- Udeng tapogha: Dibuat dari bahan kain batik biasa, motif bunga atau lidah api, dan warna merah soga. Bagian atas kepala tidak tertutup.
2. Pakaian bagian atas
Baju pesa’an digunakan pria dari kalangan rakyat biasa sebagai pakaian adat Madura. Bahan yang digunakan adalah kain Cina, kain Lasteng tiu, atau Tetoron. Motifnya polos warna hitam, ukuran longgar tidak pas badan, dan bentuknya menyerupai sarung bila dibentangkan. Kaos digunakan sebagai bagian dalam dari baju pesa’an. Biasanya kaos bermotif garis merah dan putih.
3. Pakaian bagian bawah
Celana gomboran digunakan sebagai pelengkap. Panjang celana sampai mata kaki. Adapun ciri khas dari celana Gomboran ini pada kelimannya selebar 15 cm. Bentuknya seperti pada umumnya celana panjang biasa tetapi tidak memakai kolor.
Pelengkap pakaian bagian bawah meliputi:
- Sarong: Terbuat dari bahan sutra atau katun. Motifnya kotak-kotak besar berukuran lima sentimeter.
- Sabuk katemang raja: Bahannya dari kulit sapi, motif polos, warna cokelat atau hitam. Terdapat kantong di depannya untuk menyimpan uang.
- Alas kaki terompah: Terbuat dari kulit sapi dengan warna hitam atau cokelat. Bentuknya seperti sandal jepit atau seperti selop tertutup
Fungsi dan Arti Pakaian Adat Madura untuk Pria dari Rakyat Biasa
Pakaian adat Madura untuk pria dari rakyat biasa dapat berfungsi praktis bila dilihat dari bentuknya yang serba sederhana, bebas dan ringkas. Pakaian ini tidak hanya dapat dipakai untuk ke acara resmi, tetapi juga dapat digunakan di rumah.
Arti kaos merah-putih adalah simbol bahwa manusia berasal dari Bopo-Biyung (bapak-ibu). Warna merah dan putih dengan garis yang tegas melambangkan kegagahan dari jiwa dan semangat berjuang yang gigih dalam melawan musuh maupun mencari nafkah.
Selain itu, fungsi kaos merah-putih adalah estetika. Apabila dilihat warnanya, warna merah-putih pada kaosnya kontras dengan warna baju pesa’an yang berwarna hitam sehingga terlihat estetis.
Warna pakaiannya yang hitam mempunyai arti simbolis sesuatu yang murni. Artinya, dalam segala tindakan, orang Madura tidak ragu-ragu dan menunjukkan suatu ketegasan hidup. Apa yang dilakukan sudah diperhitungkan secara matang.
Sedangkan fungsi sarong pada pakaian adat Madura adalah sebagai perlengkapan ibadah dan hiasan.