Permintaan Naik Tipis, Analis Pangkas Prediksi Harga Batu Bara Global

Image title
21 Oktober 2019, 15:28
batu bara, harga batu bara, prediksi harga batu bara
Ajeng Dinar Ulfiana | KATADATA
Aktivitas di tambang Batu bara legal di Desa Jahab, Kecamatan Tenggarong, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur (17/1/2019).

Harga batu bara global diprediksi belum akan naik signifikan pada 2020-2021. Analis Mirae Asset Sekuritas Andy Wibowo memprediksi harga baru bara global US$ 70 per ton pada 2020, lebih rendah 17,6% dari prediksi sebelumnya. Sedangkan pada 2021, harga batu bara diprediksi US$ 75 per ton, lebih rendah 16,7% dari prediksi sebelumnya.

Prediksi ini dengan mempertimbangkan pertumbuhan produksi batu bara Tiongkok di tengah upaya pengendalian impor oleh Negeri Tira Bambu tersebut. “Mengingat strategi tindakan penyeimbangan Tiongkok yang akan terus berjalan dalam waktu dekat,” kata Andy dalam riset tertulisnya, Senin (21/10).

Ia memperkirakan produksi batu bara Tiongkok mencapai 3,47 miliar pada 2020, naik 8% secara tahunan. Sedangkan pada 2021, harga batu bara diperkirakan 3,78 miliar ron, naik 9% secara tahunan.

(Baca: Permintaan Turun, Harga Batu Bara Oktober Anjlok ke US$ 64,8 per Ton)

Seiring pertumbuhan tersebut, permintaan batu bara dari Tiongkok diprediksi hanya akan tumbuh tipis. Permintaan batu bara Tiongkok diperkirakan mencapai 4,07 miliar ton pada 2020, naik 2% secara tahunan, dan sebesar 4,11 miliar ton pada 2020 atau naik 1% secara tahunan.

Meski begitu, Andy meyakini Tiongkok sebagai produsen terbesar batu bara dunia akan mengelola produksi dan mengeluarkan kebijakan untuk mempertahankan harga batu bara global pada tingkat yang wajar dalam jangka menengah panjang.

Ditambah lagi, investasi baru Tiongkok untuk meningkatkan kapasitas produksi listrik dari pembangkit listrik tenaga panas bumi telah mencapai 51,5 juta Kwh. “Ini mengindikasikan bahwa permintaan batu bara Tiongkok tetap ada,” kata dia.

Batas Atas Harga Batu Bara Diprediksi Tetap US$ 70 per Ton

Andy memprediksi pemerintah akan memperpanjang kebijakan domestic market obligation (DMO) dan mempertahankan batas atas harga batu bara untuk listrik. Kebijakan ini kemungkinan diambil untuk menjaga laju inflasi yang ditagetkan 3,1% tahun depan.

Pemerintah diprediksi akan mempertahankan batasan harga batu bara untuk listrik di level US$ 70 per ton. Dengan perkembangan di dalam negeri dan Tiongkok, Andy pun mempertahankan peringkat netral untuk saham di sektor batu bara.

Adapun dari sisi ekspor, ekspor batu bara Indonesia ke Tiongkok digadang-gadang bakal terdorong. Ini seiring telah disepakatinya kerja sama perdagangan batu bara antara Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI) dengan China National Coal Association (CNCA).

(Baca: Kontrak Tambang Milik Samin Tan Dicabut, Eksplorasi Berhenti Sementara)

Kerja sama ini akan terjalin selama tiga tahun ke depan. Tujuannya, membuka jalur komunikasi yang lebih intens terkait perdagangan batu bara. Ketua Umum ABPI Pandu Sjahrir mengatakan melalui kerja sama ini juga ada kepastian produksi batu bara dari Indonesia menjadi prioritas di pasar Tiongkok.

Pasalnya Indonesia punya banyak pesaing dalam menjual batu bara, salah satunya Australia. "Jadi kalau batu bara kalori yang ingin kami jual coba tolong diprioritaskan. Ini penting dari sisi ekspor," kata Pandu, beberapa waktu lalu.

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...