Bantu Kurangi Impor Migas, BUMI Lirik Proyek Hilirisasi Batu Bara
PT Bumi Resources Tbk mulai melirik proyek hilirisasi batu bara melalui gasifikasi. Proyek ini dinilai dapat membantu negara dalam mengurangi ketergantungan terhadap impor migas atau minyak dan gas.
Selain itu, perusahaan ingin mendiversifikasi usaha melalui pengembangan lini bisnis. “Kami sedang uji kelayakan terhadap proyek hilir dari batu bara,” kata Direktur dan Sekretaris Perusahaan BUMI Dileep Srivastava di di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (28/8).
Ia menyampaikan bahwa perusahaannya tengah melakukan studi kelayakan (feasibiity study) untuk proyek gasifikasi. Namun, BUMI masih menunggu kepastian hukum terkait kontrak tambang batu bara dari dua anak usahanya, yakni PT Kaltim Prima Coal (KPC), dan PT Arutmin Indonesia.
"Kami harus menunggu Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) terbit," kata Dileep.
(Baca: Bukukan Pendapatan, Saham Bumi Resources Kembali Diperdagangkan)
Adapun kontrak tambang KPC akan habis pada 2021, sedangkan Arutmin 2020. Namun kontrak tersebut belum bisa diperpanjang lantaran regulasi pemerintah mengenai perpanjangan kontrak belum diterbitkan.
Dileep menilai, hal itu berpengaruh terhadap rencana investasi jangka panjang perusahaan.
"Kami masih menunggu keputusan pemerintah tentang perpanjangan kontrak. Semua bisa kami buat kalau sudah ada kepastian," kata Vice President Investor Relations and Chief Economist Bumi Resources Achamd Reza Widjaja.
(Baca: BRMS Raih Laba Rp 1,15 miliar pada Kuartal I 2019)
Selain itu, kinerja perseroan melambat pada Semester I 2019. Hal ini disebabkan oleh harga batu bara yang menurun dan perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok. Kemudian berdampak terhadap penjualan.
Laba bersih perseroan anjlok 42,9% menjadi US$ 80,67 juta pada Semester I 2019. Hal ini disebabkan oleh menurunnya pendapatan usaha 14,15% menjadi US$ 481,35 juta.
Penurunan terjadi di ekspor batu bara untuk pihak ketiga sebesar 16% menjadi US$ 203.36 juta. Penjualan batu bara untuk pihak ketiga dalam negeri atau domestik juga turun 16% menjadi US$ 203.36.
(Baca: Harga Batu Bara Anjlok, Indo Tambangraya Tetap Pertahankan Produksi)