Prospek Bisnis Batu Bara 2019: Kepastian Hukum Jadi Tantangan Utama

Image title
1 Januari 2019, 04:00
Tambang Batu Bara
Donang Wahyu|KATADATA

Namun, pihaknya belum memastikan jumlah pengurangan kuota produksinya, karena masih dalam proses evaluasi Rancangan Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB). “Kurang lebih ada 10 perusahaan,” ujar Bambang.

Tantangan kedua untuk tahun 2019 adalah kepastian hukum terutama bagi pemegang Kontrak Pengusahaan Pertambangan Batu bara (PKP2B) generasi I yang kontraknya akan segera berakhir. Hingga kini pemerintah belum mengeluarkan aturan mengenai perubahan PKP2B ke Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK). Padahal, perusahaan membutukan kepastian hukum untuk memproyeksikan produksi batu bara.

Adapun, dalam periode tahun 2019 hingga 2026, ada delapan PKP2B Generasi I yang berakhir kontraknya. Mereka adalah PT Tanito Harum yang kontraknya akan habis pada 14 Januari 2019. Lalu, ada PT Arutmin Indonesia yang kontraknya berakhir 1 November 2020.

Kemudian ada PT Kendilo Coal Indonesia yang kontraknya habis 13 September 2021. Ada juga PT Kaltim Prima Coal yang PKP2B-nya berlaku hanya sampai 31 Desember 2021.

Jadi jika aturan itu tak segera terbit bisa berpengaruh terhadap produksi dan investasi. "Investasi  tambang kalau belum ada kejelasan mengenai DMO dan PKP2B, saya rasa akan turun dari potensi yang ada, bisa 5% penurunannya,” ujar Pandu.

Tantangan ketiga adalah pembatasan impor batu bara di Tiongkok. Kebijakan ini salah satu penyebab Harga Batu bara Acuan (HBA) terus mengalami penurunan. Padahal, Tiongkok merupakan pasar utama ekspor batu bara.

Selama ini, Indonesia mengirim sekitar 30 % dari total produksi batu bara ke Tiongkok. "Tahun depan bisnis batubara ditentukan oleh harga komoditas yang sangat tergantung dengan kebijakan pemerintah Tiongkok," kata Direktur Eksekutif APBI Hendra Sinadia.

(Baca: Harga Batu Bara Turun, Pengusaha Akan Rem Produksi Tahun Depan)

Jika dihitung sejak awal tahun, HBA Januari sebesar US$ 95,45 per ton. Lalu, naik pada Februari mencapai US$ 100,69. Sebulan kemudian turun US$ 94,75 per ton. Kemudian, periode April US$ 101,86 per ton. Setelah itu turun ke level terendah pada Mei.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...