Subholding Pertamina Dituding Penyebab Rendahnya Kinerja Hulu Migas
SKK Migas menilai pembentukan subholding hulu migas Pertamina dinilai menjadi biang keladi lambatnya perusahaan pelat merah ini dalam membuat keputusan akhir investasi (Final Investment Decision/FID). Hal ini menyebabkan capaian kinerja Pertamina di sektor hulu migas rendah.
Padahal, pembentukan subholding ini sebelumnya diharapkan dapat menggenjot kegiatan eksplorasi dan produksi dengan mempercepat proses investasi.
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan telah melakukan pertemuan dengan subholding hulu Pertamina dan meminta perusahaan pelat merah itu untuk tidak menunda investasi di sektor hulu.
"Mulai bulan ini sudah tidak boleh lagi isu menunggu FID dan sudah dilaksanakan," kata Dwi dalam Konferensi Pers Kinerja Hulu Migas Kuartal 1 2021 secara virtual, Senin (26/4).
Ia menyadari perubahan yang terjadi di Pertamina dengan pembentukan subholding akan berpengaruh terhadap jalannya investasi di sektor hulu. Hal ttersebut biasa terjadi saat perombakan struktur organisasi.
Namun demikian, Pertamina dituntut untuk bisa menentukan dan menaikan batasan investasi yang dapat dilakukan di anak perusahaan sesegera mungkin. Hal ini guna memperlancar kegiatan yang dibutuhkan.
"Mungkin banyak hal-hal yang masih belum hidup sehingga kita tahu pada akhir 2020 hingga awal 2021 Pertamina melakukan perubahan-perubahan organisasi, subholding itu menjadi salah satu penyebab," ujarnya.
Berdasarkan data kuartal I 2021 SKK Migas, grup Pertamina yang tidak memenuhi target produksi siap jadi atau lifting minyak bumi adalah PT Pertamina EP yang hanya mencapai 86,5% dari target, PT Pertamina Hulu Energi Oses 89% dari target, PT Pertamina Hulu Kalimantan Timur83,6%.
Sementara itu, untuk realisasi lifting gas bumi, hanya Pertamina EP yang tidak mencapai target dari deretan grup Pertamina dengan realisasi 99,8%.
Untuk diketahui, Pertamina menargetkan investasi tahun ini mencapai US$ 10,7 miliar atau sekitar Rp 156 triliun. Sekitar 46% dari total investasi tersebut akan dialokasikan untuk kegiatan hulu migas. Alokasi ini merupakan upaya perusahaan meningkatkan produksi dan cadangan migas sehingga dapat menurunkan impor.
Sementara 36% belanja modal dialokasikan untuk melanjutkan pengembangan kilang dan petrokimia, sisanya akan diserap untuk kegiatan bisnis lainnya termasuk melanjutkan pengembangan energi baru dan terbarukan.
Senior Vice President Corporate Communications & Investor Relations Pertamina Agus Suprijanto sebelumnya berharap rencana kerja operasional tahun ini dapat berjalan lancar, seperti mencapai target produksi migas dari lapangan di dalam maupun luar negeri.
Pertamina juga menargetkan cadangan migas dapat mencapai 696 MMBOE atau hampir empat kali lipat dari penambahan cadangan tahun lalu. Untuk mencari cadangan migas potensial, perusahaan pada tahun lalu telah menyelesaikan marine survey seismik 2D lebih dari 31 ribu km.
Ini merupakan survey seismik terpanjang se-Asia Australia dalam 10 tahun terakhir. "Kami akan terus melanjutkan kegiatan survei seismik yang agresif untuk mendapatkan potensi tambahan cadangan migas baru," kata Agus.