Prospek Suram Harga Minyak Dipicu Lockdown Eropa dan Pulihnya Pasokan
Harga minyak kembali turun pada Senin (22/11) seiring kekhawatiran pasokan yang berlebih setelah Jepang berencana melepas cadangan minyaknya ke pasar serta memburuknya situasi pandemi Covid-19 di Eropa yang memicu penerapan kembali penguncian wilayah atau lockdown.
Harga minyak mentah jenis Brent turun 0,72% menjadi US% 78,32 barel per barel, sedangkan West Texas Intermediate (WTI) turun 0,51% ke level US$ 75,55 per barel, yang merupakan level terendah sejak 1 Oktober atau hampir dua bulan terakhir. Keduanya turun sekitar 3% pada Jumat (19/11).
Sejumlah negara Eropa kembali memberlakukan penguncian wilayah atau lockdown secara total mulai hari ini untuk meredam jumlah kasus baru Covid-19 yang terus meningkat dalam sepekan terakhir. Lockdown berpotensi memukul perekonomian yang mulai pulih dan menekan permintaan energi.
Nilai tukar euro melemah terhadap dolar pada Jumat ke level US$ 1,1290. “Lockdown di Austria adalah respons terhadap memburuknya situasi Covid-19 di sana, dan kami memperkirakan PDB Austria akan turun sekitar 1,5% pada kuartal IV,” kata Hinds.
Austria resmi menerapkan lockdown mulai hari ini, Senin (22/11). Jerman pada Jumat (19/11) memperingatkan akan menerapkan kebijakan yang sama untuk menahan laju infeksi. Sementara pemerintah Irlandia dan Belanda telah menginstruksikan bekerja dari rumah.
Pada Kamis (18/11), Austria mencatatkan 15.145 kasus baru Covid-19. Ini mernjadi rekor tertinggi baru untuk tes positif harian. Rawat inap, kematian, dan jumlah pasien Covid-19 di ruang perawatan intensif juga meningkat pesat di negara ini.
Jerman memecahkan rekor baru pada Kamis (18/11) dengan lebih dari 65.000 kasus baru. Otoritas kesehatan di sana memperingatkan bahwa jumlah kasus sebenarnya bisa dua atau tiga kali lipat lebih banyak.
Kemudian Belanda dan Prancis mencatatkan lebih dari 20.000 kasus baru pada Rabu (17/11), yang merupakan rekor baru untuk hari ketiga secara berturut-turut Belanda. Kemudian angka itu melonjak menjadi lebih dari 21.000 pada Jumat (19/11).
Menurut laporan International Energy Agency (IEA) ketatnya pasokan minyak dunia, yang mengantarkan harganya ke rekor tertinggi beberapa waktu lalu, mulai mereda setelah produksi pulih di sejumlah negara produsen.
“Pertumbuhan permintaan tetap kuat, tapi pasokan mulai kembali dan perubahan persediaan minyak sepanjang Oktober menunjukkan harga mungkin akan berbalik arah,” tulis laporan bulanan IEA seperti dikutip Bloomberg. Simak databoks berikut:
IEA melaporkan bahwa produksi minyak global melonjak 1,4 juta barel sepanjang Oktober, dan diperkirakan terus meningkat pada November dan Desember setelah ladang minyak di teluk Meksiko kembali berproduksi pasca-hantaman badai Ida beberapa waktu lalu.
Di sisi lain produsen minyak dangkal Amerika juga menggenjot produksinya untuk memanfaatkan momentum tingginya harga minyak. Sama halnya dengan ekspor minyak negara produsen yang tergabung dalam OPEC+ yang mulai pulih.
Sementara itu, Jepang, atas permintaan Amerika, mempertimbangkan untuk melepas cadangan minyak miliknya untuk melawan tingginya harga energi. Cina juga dilaporkan berencana melepas cadangannya ke pasar.
Gedung Putih pada hari Jumat menekan kelompok produsen OPEC lagi untuk mempertahankan pasokan global yang memadai, hanya beberapa hari setelah berdiskusi beberapa ekonomi terbesar dunia lainnya mengenai potensi pelepasan minyak dari cadangan strategis untuk meredam kenaikan harga energi.
"Kami tengah mempertimbangkan apa yang dapat kami lakukan secara legal dengan premis bahwa Jepang akan berkoordinasi dengan Amerika Serikat dan negara-negara lainnya," kata Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida.
Namun, di Jepang, undang-undang hanya mengizinkan cadangan minyaknya dilepas ke pasar jika ada kendala pasokan atau bencana alam.