Setop Impor Rusia, Eropa Beli Batu Bara Indonesia dengan Harga Tinggi
Sejumlah negara Eropa melirik batu bara Indonesia usai mereka menyetop impor dari Rusia mulai Agustus mendatang. Beberapa negara Eropa seperti Jerman, Spanyol, dan Polandia tengah menjajaki batu bara Indonesia.
Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI), mengatakan sudah ada pengapalan batu bara ke Jerman dan Polandia. Namun, dia tak mengetahui besaran dari jumlah ekspor yang dilakukan oleh tiap-tiap perusahaan.
"Ke Jerman mungkin sudah ada perkapalan ke sana dalam waktu baru-baru ini. Kargo ke Polandia sudah ada memang, ekspor ke sana sudah jalan," kata Hendra kepada wartawan pada Jumat (17/6).
Di tengah krisis global yang melanda blok barat, Hendra mengatakan sejumlah negara Eropa berani untuk menawar harga batu bara dengan harga yang lebih tinggi. Padahal kualitas batu bara di Indonesia masih berada di bawah kualitas yang dibutuhkan oleh negara barat. "Karena ini menjelang musim dingin, mereka harus mencari batu bara segera. Kualitas kadang bisa juga dicampur," ujarnya.
Selain itu, sejumlah negara Asia seperti India dan Pakistan juga berupaya untuk mendapatkan batu bara Indonesia. Bahkan, kata Hendra, Kementerian Pertambangan dan Batu Bara India akan datang ke tanah air pada akhir bulan Juni.
Hendra mengatakan tadi pagi berkontak dengan Konsulat Jendral RI di Karachi yang menyampaikan kebutuhan Pakiskan akan pasokan batu bara.
"Kami mendapat surat akan ada kunjungan antar pemerintah India dan Indonesia dan mau ketemu kami juga. Kalau soal isu, India kan lagi krisis listrik ya." ujar Hendra.
Sementara itu, Ketua Indonesian Mining and Energy Forum (IMEF) Singgih Widagdo, mengatakan ada sejumlah hal yang diperlukan para pelaku usaha batu bara jika mereka ingin melakukan ekspor ke negara-negara Eropa. Walau harga batu bara yang ditawarkan tinggi, para pengusaha juga memperhitungkan biaya angkut dan kualitas batu bara.
"Apalagi untuk pasar Jerman, yang membutuhkan biaya angkut sangat besar. Sehingga memperlukan kapal minimal Panamax dan bahkan Capesize. Sehinggga selama ini pasar Atlantik ekspor kami sebatas sekitar 3% saja," kata Singgih kepada wartawan pada Jumat (17/6).
Singgih menambahkan, sebelum memutuskan untuk melakukan ekpor ke Eropa, pemerintah dan para pelaku usaha diminta memperhitungkan kualitas batu bara, kondisi stock batu bara dan juga pelabuhan muat.
Ia menduga, keinginan sejumlah negara Eropa untuk menjajaki batu bara Indonesia dikarenakan suplay batu bara dari Afrika Selatan dan Columbia tidak memenuhi permintaan dari blok barat karena kendala infrastruktur, tenaga kerja. dan kepentingan kedua negara tersebut untuk memenuhi produksi nasionalnya.
"Saya melihat, kualitas batu bara yang diminta Jerman sebagai pengganti batu bara Rusia, berada pada kualitas di atas 5.500 kcal per kg atau bahkan di atas 6.000 kcal per kg," jelas Singgih.
Negara-negara Uni Eropa (UE) berebut mencari sumber energi alternatif dari Afrika Selatan. Sepanjang lima bulan terakhir, terhitung sejak Januari hingga Mei, UE telah mengimpor batu bara dari Afrika Selatan 40% lebih banyak dari jumlah impor mereka sepanjang 2021.
Reuters melaporkan pada Rabu (15/6), salah satu terminal ekspor batu bara terbesar di Afrika Selatan, Richards Bay Coal Terminal (RBCT) mengirim 3.240.752 ton batu bara ke negara-negara Eropa pada akhir Mei tahun ini.
Angka ini setara dengan 15% dari keseluruhan ekspor RBCT atau naik dari 2.321.190 pada 2021. Secara total, RBCT mengekspor 22.057.587 ton batu bara dalam lima bulan pertama tahun 2022.