Pertamina Diminta Rampungkan PoD Penerapan EOR Blok Rokan Tahun ini
SKK Migas menargetkan rencana pengembangan (plan of development/POD) untuk penerapan teknologi enhanced oil recovery (EOR) di Lapangan Minas Blok Rokan dapat selesai pada Desember tahun ini atau lebih cepat.
Wakil Kepala SKK Migas Fatar Yani Abdurrahman, mengatakan cepat maupun lambatnya penerapan EOR di Blok Rokan bergantung dari upaya Pertamina Hulu Rokan (PHR) sebagai pengelola dari blok migas yang terletak di Provinsi Riau tersebut.
"Harapannya begitu, (Desember tahun ini). Tergantung PHR-nya. Kami akan dorong terus. Mudah-mudahan lebih cepat," kata Fatar saat ditemui di Kantor Kementerian ESDM pada Rabu (20/7).
Ditemui di lokasi yang sama, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Migas), Tutuka Ariadji, mengatakan bahwa pemerintah sudah punya peta jalan jangka panjang untuk penerapan EOR di Blok Rokan.
Tutuka mengatakan bahwa rencana pengembangan EOR di blok migas yang pernah berjaya pada masa bonanza minyak medio 1970-an ini akan dilakukan secara bertahap.
"Sudah punya rodmap jangka panjang. Tapi bagaimana saat ini kami bisa memperpendek itu. Ada ada beberapa tahap. Tahap 1 memang bisa cepat sih, paling lambat 2023," kata tutuka.
Tutuka menambahkan, saat ini pemerintah sedang mengupayakan tahap percepatan di seluruh sekor industri migas. Hal ini termasuk pada rencana penerapan EOR di Blok Rokan agar mampu meningkatkan produksi lapangan milik Pertamina.
Selain itu, guna mencapai target lifting minyak sebesar 1 juta barel per hari (BOPD) dan gas sebesar 12 miliar standar kaki kubik per hari (BSCFD) pada 2030. Percepatan yang dilakukan yakni menyegerakan reaktivasi sumur dan mempercepat perizinan.
"Harus mudah, kalau enggak ya lama. Untuk EOR Rokan, dari tahap 1 ke tahap 2 itu agak lama, sekira 5 tahunan," sambung Tutuka.
Sebelumnya diberitakan, Wakil Kepala SKK Migas Fatar Yani Abdurrahman, mengatakan pemerintah sedang mencari beberapa alternatif bahan kimia dengan harga yang lebih terjangkau dari yang sebelumnya dikelola kelola oleh Chevron Pacific Indonesia (CPI).
"Kami lagi evaluasi beberapa alternatif kimia lain. Yang pernah dilakukan evaluasinya oleh Chevron waktu itu harganya agak lumayan tinggi dan itu mempengaruhi keekonomian dari Blok Rokan," kata Fatar kepada wartawan di Kantor SKK Migas pada Senin (18/7).
Fatar mengatakan, SKK Migas akan mencari bahan baku EOR dari produksi dalam negeri agar penerapan teknologi EOR di Blok Rokan menjadi lebih ekonomis dengan menerapkan teknik injeksi dengan bahan kimia surfaktan dan polimer.
Sebelum diterapkan, rencana tersebut akan diuji coba di bawah permukaan untuk selanjutnya dilakukan uji coba lapangan sebelum diterapkan secara menyeluruh. "Sebagian diproduksi di dalam negeri. Isinya surfaktan sama polimer. Kalau di Chevron itu ada beberapa campuran lain," tukas Fatar.