Rusia Pangkas Lagi Ekspor Gas ke Eropa, Harga Minyak Naik ke US$ 106

Happy Fajrian
26 Juli 2022, 12:43
harga minyak, eropa, gas rusia
Medco Energi
Pengeboran minyak lepas pantai.

Harga minyak acuan dunia naik setelah Rusia memangkas lagi volume pengiriman gas ke Eropa yang melalui jalur pipa Nord Stream 1. Mengetatnya pasokan gas Eropa dapat mendorong peningkatan permintaan bahan bakar minyak (BBM), terutama solar.

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman September hari ini, Selasa (26/7), naik US$ 1,51 atau 1,4% menjadi US$ 106,66 per barel setelah sehari sebelumnya naik 1,9%. Sedangkan West Texas Intermediate (WTI( naik US$ 1,36 atau 1,4% menjadi US$ 98,04 setelah sebelumnya naik 2,1%.

“Harga gas yang lebih tinggi, dipicu oleh tekanan dari Rusia, dapat menyebabkan peralihan tambahan ke minyak mentah dari gas dan mendorong harga minyak,” kata analis Nissan Securities, Hiroyuki Kikukawa seperti dikutip Reuters.

Meski demikian peralihan ke solar juga membawa risiko bagi Eropa lantaran sebagian besar pasokan kawasan ini juga bersumber dari Rusia. Selain itu Eropa juga telah memutuskan untuk menghentikan ekspor minyak dan produk olahan minyak dari Rusia secara bertahap hingga akhir tahun ini.

Rusia mengurangi pengiriman gasnya ke Eropa pada Senin (25/7). Perusahaan gas milik negara Rusia, Gazprom mengatakan pasokan gas melalui pipa Nord Stream 1 akan turun menjadi hanya 20% dari total kapasitasnya.

Pengurangan pasokan ini akan membuat negara-negara Eropa tidak dapat memenuhi targetnya untuk mengisi ulang penyimpanan gas alam menjelang lonjakan permintaan pada musim dingin. Jerman, ekonomi terbesar di Eropa, menghadapi potensi penjatahan gas untuk industri agar warganya tetap hangat pada musim dingin.

Pasokan minyak mentah, produk minyak, dan gas Eropa telah terganggu oleh kombinasi sanksi Barat dan perselisihan pembayaran dengan Rusia sejak invasi 24 Februari ke Ukraina, yang disebut Moskow sebagai operasi militer khusus.

Namun, penurunan permintaan karena harga minyak mentah dan bahan bakar yang tinggi baru-baru ini dan ekspektasi kenaikan suku bunga di Amerika Serikat telah memberikan tekanan pada harga.

“Tarik-tarik antara kekhawatiran tentang melemahnya permintaan karena perlambatan ekonomi di tengah kenaikan suku bunga AS dan kekhawatiran risiko pasokan karena konflik Rusia-Ukraina yang berkepanjangan kemungkinan akan berlanjut untuk beberapa waktu,” kata Kikukawa yang memprediksi harga WTI akan kembali ke kisaran US$ 100 per barel.

Bank sentral AS secara luas diperkirakan akan menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin pada akhir pertemuan kebijakannya pada hari Rabu. Peningkatan tersebut dapat mengurangi kegiatan ekonomi dan dengan demikian berdampak pada pertumbuhan permintaan bahan bakar.

Sentimen pasar bergoyang antara kekhawatiran tentang ketidakstabilan sisi penawaran dan ekspektasi permintaan bahan bakar yang lebih lemah di bawah tekanan ekonomi global, kata analis dari Haitong Futures.

Kesenjangan antara patokan minyak Eropa dan internasional Brent dan patokan AS WTI telah melebar ke level yang tidak terlihat sejak Juni 2019 karena berkurangnya permintaan bensin di Amerika Serikat membebani minyak mentah AS sementara pasokan yang ketat mendukung Brent.

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...