Vale dan Huayou Bangun Smelter Nikel Limonit di Sorowako Rp 26 Triliun
PT Vale Indonesia Tbk menyepakati kerja sama dengan Zhejiang Huayou Cobalt Company atau Huayou untuk mengembangkan smelter berteknologi High Pressure Acid Leaching (HPAL) untuk mengolah bijih nikel limonit, di Sorowako, Luwu Timur, Sulawesi Selatan. Kerja sama kedua pihak telah dimulai pada awal tahun ini.
Proyek ini ditaksir menelan biaya US$ 1,8 miliar atau Rp 26,82 triliun dengan kurs Rp 14.900 per dolar AS. Direktur Utama Vale Indonesia, Febriany Eddy, mengatakan dana tersebut hanya digunakan untuk pembangunan pabrik sekaligus pengadaan infrastruktur pendukung pabrik.
"Investasi sekitar US$ 1,8 miliar. Itu hanya pabrik dan infrastruktur untuk pabriknya, jadi tidak termasuk tambangnya," kata Febri saat ditemui wartawan di Hotel Park Hyatt Jakarta Pusat pada Selasa (13/9).
Pabrik HPAL bar ini akan mengolah bijih nikel limonit menjadi produk Mixed Hydroxide Precipitate atau MHP dengan kapasitas produksi tahunan mencapai 60.000 ton produk nikel. MHP kemudian dapat diolah menjadi bahan untuk komponen baterai, misalnya untuk kendaraan listrik.
Dengan hasil positif dari studi kelayakan yang dilakukan oleh Huayou, kedua pihak sepakat untuk meningkatkan kerja sama dengan menandatangani The Heads of Agreement di hotel Park Hyatt Hyatt Jakarta pada Selasa, (13/9).
Salah satu poin terpenting dari kerja sama ini adalah komitmen kedua pihak untuk mencapai netralitas karbon pada 2050 dan kesepakatan untuk bekerja sama dalam meminimalkan emisi karbon. Huayou akan berdiskusi lebih lanjut dengan Vale Indonesia untuk mempelajari alternatif energi rendah karbon.
Menurut Febri, kerja sama proyek pengembangan ini adalah salah satu bentuk realisasi komitmen pertambangan berkelanjutan. Ini sekaligus langkah Vale dalam menunjang program pemerintah untuk membuat ekosistem mobil listrik di Indonesia.
Febri menjelaskan, praktik pertambangan berkelanjutan yang dijalankan oleh perusahaan berupa penanaman pohon atau reforestasi di lahan seluas 10.000 hektare di luar konsesi Kontrak Karya. Vale Indonesia juga mengolah air bekas tambang sebelum dibuang ke luar area pertambanan.
Presiden Komisaris PT Vale dan Wakil Presiden Eksekutif Vale Base Metals, Deshnee Naidoo, mengatakan perjanjian kemitraan ini merupakan katalis untuk pembangunan ekonomi berkelanjutan dari sumber daya nikel kelas dunia dengan kemajuan terbaru pada fasilitas HPAL Pomalaa dan Proyek Blok Bahodopi.
"Kami senang dapat memperluas kerja sama kami dengan Huayou Cobalt dalam proyek yang begitu penting," ujar Naidoo.
Dia menambahkan, perjanjian ini sebagai komitmen perusahaan untuk melaksanakan proyek berkelanjutan dengan memberi dampak lingkungan yang minimal bagi pemangku kepentingan lokal dan nasional.
Sementara itu, Presiden Direktur Huayou, Chen Xuehua, mengatakan kerja sama ini adalah kombinasi dari keunggulan sumber daya mineral Vale dan teknologi HPAL Huayou Cobalt untuk mencapai pengembangan sumber daya mineral rendah karbon, hijau, dan berkelanjutan.
"Kerja sama kami juga dapat memenangkan peluang pertumbuhan bagi kedua belah pihak, menambah kekuatan dan nilai bagi industri, serta memberikan kontribusi bagi pembangunan ekonomi dan sosial Indonesia," tukas Xuenhua.