PLN Bakal Garap Bisnis Migas, LNG dan BBM, Penuhi Kebutuhan Pembangkit
PT PLN Energi Primer Indonesia (EPI) tengah mengajukan izin usaha niaga minyak dan gas (migas), liquefied natural gas (LNG), dan BBM kepada Kementerian ESDM. Hal itu merupakan langkah perusahaan untuk menjamin dan menjaga pemenuhan kebutuhan energi primer pembangkit listrik milik PLN Group.
Direktur gas dan minyak PLN EPI, Rakhmad Dewanto mengungkapkan, pemerintah menugaskan PLN EPI untuk memenuhi kebutuhan energi pembangkit milik PLN Group, baik melalui pasokan dalam negeri maupun impor.
“Konsekuensinya, PLN EPI akan bertindak sebagai badan usaha niaga migas untuk menyediakan gas, LNG, dan bahan bakar kepada PLN Grup tanpa berusaha menjadi agregator impor gas,” ujarnya, Rabu (8/9) seraya menambahkan perseroan akan juga terbuka untuk kemitraan apa pun.
Sekretaris Perusahaan PLN EPI, Mamit Setiawan, mengatakan distribusi energi yang dilakukan perusahaan bakal fokus pada penyaluran di internal PLN. “Sampai saat ini, fokus kami untuk pemenuhan kebutuhan energi primer bagi pembangkit milik PLN Group,” kata Mamit lewat pesan singkat pada Kamis (9/3).
Lebih lanjut, kata Mamit, distribusi energi hanya akan mengarah pada penyaluran pembangkit listrik milik PLN. “Terkait dengan SPBU, PLN EPI tidak berencana untuk ikut serta ke dalam bisnis itu,” ujar Mamit
Pengajuan izin usaha niaga gas dan BBM ini berawal dari arahan Kementerian BUMN untuk melakukan optimalisasi aset yang dimiliki oleh negara. Adapun suplai energi yang disalurkan oleh PLN EPI akan bersumber dari dalam negeri utamanya dari produksi dari BUMN.
“Sebagai konsekuensi dari pelaksanaan skema tersebut, sesuai regulasi Kementrian ESDM, PLN EPI harus memiliki izin niaga gas/LNG dan BBM dimana saat ini semuanya masih dalam proses,” kata Mamit.
PLN EPI adalah sub-holding PLN yang memiliki usaha penyediaan dan logistik energi primer. Pembentukan subholding EPI dilakukan dengan menerbitkan akta pemasukan.
Hal tersebut dilakukan dengan menukarkan kepemilikan saham PLN menjadi pemilikan saham baru senilai Rp 2,32 triliun oleh EPI. Sedangkan PLN akan bertindak sebagai induk holding dan fokus pada transisi energi.