Harga Minyak Jatuh 4% Usai Fed Naikkan Suku Bunga, Brent Sentuh US$ 72
Harga minyak acuan dunia melanjutkan kejatuhannya usai bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve atau The Fed, menaikkan lagi suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) menjadi di kisaran 5,00-5,25%.
Harga Brent turun US$ 2,99 atau 4% menjadi US$ 72,33 per barel, level terendahnya sejak Desember 2021. Bahkan Brent sempat menyentuh US$ 71,70 per barel meski akhirnya ditutup di level yang lebih tinggi.
Sedangkan minyak mentah AS, West Texas Intermediate (WTI) turun US$ 3,06 atau 4,3% menjadi US$ 68,60 per barel. Adapun WTI sempat menyentuh level US$ 67,95 per barel saat sesi perdagangan masih berjalan.
Sehari sebelumnya dua harga minyak acuan dunia ini telah turun 5% yang menjadikan koreksi harga harian terbesar sejak awal tahun ini.
Kenaikan harga minyak dipicu oleh kenaikan suku bunga The Fed yang dikhawatirkan akan semakin memperlambat pertumbuhan ekonomi dan pada akhirnya memukul permintaan energi. Bank Sentral Eropa juga diperkirakan akan menaikkan suku bunga pada pertemuan kebijakannya pada Kamis (5/5).
Tetapi The Fed juga mengisyaratkan akan menghentikan kenaikan lebih lanjut, memberikan waktu kepada pejabat untuk menilai dampak dari kegagalan bank baru-baru ini, serta menunggu penyelesaian kebuntuan politik atas plafon utang AS dan memantau inflasi.
Kekhawatiran sektor perbankan kembali menjadi sorotan pada hari Senin setelah regulator AS menyita First Republic, lembaga besar AS ketiga yang gagal dalam dua bulan, dengan JPMorgan Chase & Co setuju untuk mengambil alih pinjaman bank tersebut senilai US$ 173 miliar, US$ 30 miliar dari sekuritas dan US$ 92 miliar deposito.
“The Fed memasuki mode jeda harus sangat mendukung harga minyak,” kata seorang analis di Price Futures Group, Phil Flynn, seperti dikutip Reuters, Kamis (4/5). “Pertanyaan besarnya adalah apakah kita akan mengalami lebih banyak kegagalan di sektor perbankan (usai kenaikan suku bunga).”
Juga menekan harga minyak, data pemerintah menunjukkan persediaan bensin AS secara tak terduga naik 1,7 juta barel pekan lalu. Analis yang disurvei oleh Reuters memperkirakan penurunan 1,2 juta barel.
“Hal yang paling menonjol adalah bahwa permintaan bensin mengembalikan semua kenaikan yang telah kita lihat di minggu-minggu sebelumnya,” kata Presiden Lipow Oil Associates di Houston, Andrew Lipow.
Persediaan minyak mentah AS turun 1,3 juta barel dalam sepekan, dibandingkan dengan perkiraan penurunan 1,1 juta barel. Sedangkan di Cina, data akhir pekan menunjukkan aktivitas manufaktur April turun secara tak terduga.
Morgan Stanley menurunkan perkiraan harga Brent menjadi US$ 75 per barel pada akhir tahun ini. “Risiko penurunan pasokan Rusia dan risiko kenaikan permintaan Cina sebagian besar terjadi dan prospek pengetatan 2 jam telah melemah,” tulis bank investasi itu dalam sebuah catatan, mengacu pada ekspor yang kuat dari Rusia meskipun ada sanksi Barat.