Bank Dunia Setujui Pinjaman Rp 7,49 T untuk Kelistrikan Indonesia
Bank Dunia menyetujui program baru untuk meningkatkan akses ke listrik yang berkelanjutan dan berbiaya rendah di Indonesia bagian timur. Program ini juga akan memperkuat ketahanan infrastruktur dan mendukung kemampuan masyarakat untuk beradaptasi dengan perubahan iklim.
Mengutip Energy Central, Bank Dunia akan memberikan pinjaman sebesar US$ 500 juta atau setara dengan Rp 7,49 triliun (asumsi kurs Rp 14.996,75/US$), untuk disalurkan ke program Indonesia Sustainable Least-cost Electrification-1 (ISLE-1).
Ini merupakan program infrastruktur kelistrikan yang akan menghubungkan 500.000 pelanggan baru atau sekitar 2 juta orang ke jaringan listrik, meningkatkan investasi tenaga surya untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan menurunkan biaya pembangkit listrik sebesar 20%. Ini juga akan meningkatkan kapasitas PT Perusahaan Listrik Negara (PLN), untuk mengelola transisi energi.
Wakil Presiden Bank Dunia untuk Asia Timur dan Pasifik Manuela V. Ferro mengatakan, program ISLE-1 akan memobilisasi pembiayaan sektor swasta untuk transisi energi Indonesia dan membantu masyarakat beradaptasi dengan perubahan iklim.
Sehingga, rumah tangga di komunitas miskin di kepulauan Indonesia Timur akan memiliki akses ke listrik yang lebih andal dan berkelanjutan dan bisnis akan mengalami lebih sedikit gangguan terhadap produksi mereka.
"Proyek ini adalah contoh bagaimana Grup Bank Dunia membantu negara-negara mengintegrasikan aksi iklim ke dalam rencana pembangunan mereka dan memobilisasi pendanaan sektor swasta untuk pembangunan," ujar Ferro, dalam keterangan resminya.
Program ini utamanya akan mendukung peningkatan sistem operasional dan proses bisnis PLN dan akan memperkuat jaringan untuk integrasi dan elektrifikasi energi terbarukan di timur Indonesia.
Proyek ini akan membantu masyarakat berpenghasilan rendah yang tidak memiliki akses ke energi yang terjangkau. Ini akan membantu mengurangi ketergantungan pada bentuk energi yang mencemari, seperti generator diesel dan lampu minyak tanah.
Sebagai informasi, ISLE-1 merupakan sub-set dari rencana distribusi, transmisi, dan pembangkit listrik PLN untuk periode 2021-2030. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo menjelaskan, ISLE-1 berfokus pada dua wilayah, yakni Maluku dan Nusa Tenggara. Dua wilayah ini menjadi fokus utama, karena keduanya memiliki tingkat elektrifikasi terendah dan rata-rata biaya pembangkitan listrik tertinggi di Indonesia.
ISLE-1 nantinya akan membiayai tujuan PLN untuk mencapai akses listrik universal, menggunakan pembangkit tenaga surya, mengurangi biaya pembangkitan, dan memperkuat kapasitas keuangan dan operasional PLN.
ISLE-1 sendiri selaras dengan country partnership framework (CPF) Bank Dunia untuk Indonesia tahun fiskal 2021-2025, yang mencita-citakan peningkatan infrastruktur, yang mencakup penyediaan infrastruktur dan kualitas layanan, transisi ke energi rendah karbon, dan mencapai akses universal ke energi. Program ini juga mendukung tujuan kerangka kerja gender dan perubahan iklim.
Selain dukungan dari Bank Dunia, di bawah Energy Sector Management Assistance Program (ESMAP), dan Sustainable Renewables Risk Mitigation Initiative (SRMI), ISLE-1 juga mendapatkan pembiayaan dari Canada Clean Energy and Forest Climate Facility (CCEFCF) sebesar US$ 47,5 juta. Lalu, ada juga pinjaman sebesar US$ 15 juta dan hibah US$ 19 juta dari Clean Technology Fund (CTF).
Total biaya program ISLE-1 adalah US$ 1,14 miliar. Ini termasuk pembiayaan dari PLN sebesar US$ 159 juta dan pembiayaan sektor swasta sebesar US$ 400 juta.