Biaya Dekarbonisasi Sektor Kelistrikan Dinilai Masih Terjangkau
Walaupun biaya investasi di depan sangat tinggi, kebutuhan biaya tambahan untuk dekarbonisasi sektor kelistrikan dinilai masih terjangkau. Kenaikannya dibandingkan skenario tanpa target penurunan gas rumah kaca atau GRK sekitar 5% sampai 26%.
Dalam hitungan Masa Depan Energi (MDE), yang termasuk dalam hitungan biaya tersebut adalah pembangunan dan operasional pembangkit, infrastruktur jaringan, serta biaya konsumsi bahan bakar. "Kebutuhan investasi di awal memang naik di kisaran 68% hingga 98%," kata Koordinator Inisiatif MDE Ping Yowargana saat berdiskusi dengan beberapa tokoh inisiator MDE di Jakarta, Selasa (3/1).
Ada tiga faktor utama untuk mewujudkan dekarbonisasi sektor kelistrikan yang terjangkau tersebut. Pertama, perencanaan dan implementasi yang optimal. Pembangunan pembangkit listrik dan penambahan infrastruktur jaringan harus sesuai dengan potensi sumber energi terbarukan, lokasi, dan waktu kebutuhan listrik.
Kedua, pergeseran struktur biaya di sektor kelistrikan. Walaupun biaya keseluruhan sektor kelistrikan naik hingga 26%, biaya penggunaan bahan bakar fosil sektor kelistrikan menurun hingga 80% sampai akhir abad ke-21.
Ketiga, pada 2050, ongkos pembangkit panel surya diproyeksikan akan turun drastis dari harga saat ini. Meskipun biaya pembangkitan listrik menggunakan panel surya telah turun sebanyak 85% dalam 10 tahun terakhir, keberlanjutan tren ini tetap memerlukan upaya bersama dari semua pihak agar dapat terwujud.
Ping juga menyebut pentingnya upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim yang tercermin dari efisiensi biaya. Biaya transisi menuju net zero emission (NZE) menjadi lebih murah apabila dipadukan dengan pemerataan penyediaan listrik antar-daerah.
"Artinya, upaya pemerataan pasokan listrik bersinergi dengan mitigasi perubahan iklim karena utilisasi sumber daya energi terbarukan tersebar merata di seluruh pelosok," ucap Ping.
Sebagai informasi, MDE diinisiasi oleh International Institute for Applied Systems Analysis (IIASA), Katadata Insight Center (KIC), World Resources Institute (WRI) Indonesia, dan Indonesian Business Council (IBC). Tujuan pembentukannya untuk mempopulerkan hasil analisis mendalam dari berbagai skenario transisi energi Indonesia, termasuk skenario NZE, guna menjawab tantangan mitigasi perubahan iklim yang berkeadilan.
MDE menggambarkan berbagai skenario dekarbonisasi sektor kelistrikan nasional. Skenario-skenario tersebut didasari oleh berbagai tingkatan ambisi penurunan emisi GRK. Semakin drastis penurunan emisi GRK yang ditargetkan, semakin tinggi pula tanggung jawab yang diemban Indonesia dalam menghadapi tantangan global.
Salah satu penasihat inisiatif MDE Tri Mumpuni mengatakan transisi menuju NZE perlu memperhatikan azas keadilan. “Dekarbonisasi sebaiknya tidak melukai hak rakyat untuk menggunakan energi demi meningkatkan kesejahteraan,” ujarnya.