Prediksi Suram Harga Komoditas Tahun Depan, Berpotensi Bangkit di 2025

Mela Syaharani
8 November 2023, 16:58
harga komoditas, migas, batu bara, minerba, mineral, nikel, batu bara, minyak,
Katadata / Wahyu Dwi Jayanto
Ilustrasi pertambangan minerba.

Pasar komoditas diprediksi menghadapi tekanan pada 2024. Sebagian besar komoditas energi, mineral, logam dan sejenisnya diramal akan mengalami penurunan harga, meski ada potensi kebangkitan pada 2025.

Dalam laporan Commodity Market Outlook 2023, Bank Dunia harga komoditas yang menghadapi tekanan pada 2024 seperti minyak, gas, batu bara, aluminium, nikel, timah, seng, dan bijih besi. Namun harga komoditas seperti emas dan perak akan terus naik seiring fungsinya sebagai aset investasi dan safe haven.

Minyak Mentah

Menurut proyeksi Bank Dunia, jika organisasi negara pengekspor minyak (OPEC) menghentikan pemangkasan ekspor pada Januari 2024, maka harga minyak pada 2024 dan 2025 akan menurun.

Meski turun, Bank Dunia memprediksi harganya masih 16% di atas harga rata-rata lima tahun sebesar US$ 70 per barel. Tekanan terhadap harga minyak salah satunya berasal dari sisi permintaan yang diprediksi turun 1% pada 2024. “Hal ini akibat pengetatan kebijakan moneter pada negara maju,” tulis Bank Dunia, dikutip pada Rabu (8/11).

Turunnya permintaan dipengaruhi oleh lemahnya permintaan dari Cina yang diperkirakan hanya naik 600 ribu barel per hari pada 2024, sedangkan permintaan dari negara maju lainnya diramal turun.

Namun Bank Dunia juga menyampaikan adanya risiko geopolitik yang berpotensi melambungkan harga minyak hingga mencapai US$ 140-157 per barel. Hal itu dalam skenario terburuk jika konflik di Timur Tengah antara Israel dan Hamas meluas ke kawasan lainnya yang berdampak pada turunnya pasokan hingga 6-8 juta bph.

Gas Alam

Bank Dunia memproyeksikan harga gas alam cair (LNG) di Eropa turun 4% pada 2024 dan berbalik naik 4% pada 2025. Perubahan harga ini dengan asumsi tidak ada konflik antar negara yang terjadi di masa depan.

Mereka juga mencatat, harga patokan LNG di Amerika Serikat (AS) diperkirakan akan mengalami penurunan 58% pada 2023 akibat penurunan harga LNG global, peningkatan produksi domestik, serta terbatasnya ekspor pada awal tahun.

Kendati demikian, Bank Dunia memproyeksikan harga LNG AS akan naik hingga 20% pada 2024 dan kembali naik 23% pada 2025 yang didorong oleh permintaan ekspor yang lebih tinggi dari permintaan LNG.

Sementara itu, tren harga LNG Jepang diperkirakan akan terus mengikuti tren harga LNG Eropa, meskipun dengan tingkat volatilitas yang lebih kecil karena sifat kontrak patokan.

Perkiraan tersebut mengasumsikan bahwa permintaan global gas alam pada tahun 2023 akan tetap datar secara umum dan meningkat sebesar 1,6 dan 1,9% pada 2024 dan 2025.

Perdagangan LNG akan terus bertambah sebab adanya peningkatan ekspor dari Amerika Serikat, Eropa dan Asia. Selain itu, dengan infrastruktur AS yang baru saja dibangun akan beroperasi pada 2024 dan 2025.

Batu Bara

Harga batu bara diprediksi turun 49% tahun ini, kemudian terus turun 26% pada 2024, dan turun 15% pada 2025. Penurunan ini dengan asumsi konflik di Timur Tengah antara Israel dan Hamas di Palestina tidak meningkat dan menyebar ke wilayah lainnya.

Perkiraan tersebut juga mengasumsikan bahwa pertumbuhan konsumsi saat ini akan melambat pada 2024 dan 2025, dengan peningkatan konsumsi yang lebih kecil di Cina dan India, serta penurunan yang lebih besar di AS dan Uni Eropa. Ini menyebabkan konsumsi global cenderung stagnan pada 2024 dan 2025.

“Konsumsi batu bara global akan mencapai titik tertinggi pada 2024 dan 2025, sama dengan tingkat tertinggi pada 2022. Konsumsi terus berpindah dari negara-negara OECD ke Asia, dengan Cina dan India diperkirakan menyumbang 70% konsumsi pada akhir tahun 2023,” tulis Bank Dunia.

Aluminium

Harga komoditas aluminium diperkirakan turun pada 2024. Hal ini mengakibatkan berkurangnya kendala pasokan yang akan semakin menurunkan harga.

Meski begitu, harga aluminium akan naik 9% pada 2025 yang didukung oleh peningkatan permintaan untuk produksi kendaraan listrik, energi terbarukan, dan jaringan listrik, dan infrastruktur jaringan listrik terkait.

Selain aluminium, harga tembaga juga diprediksi turun 5% pada 2024, mencerminkan menyusutnya permintaan global serta bertambahnya pasokan tembaga. Meski begitu, harga tembaga ditaksir akan menguat 9% pada 2025 seiring dengan pulihnya permintaan global dan transisi hijau yang semakin intensif.

Halaman:
Reporter: Mela Syaharani
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...