Sah, Revisi Kedua Rencana Pengembangan Blok Masela Disetujui
Menteri ESDM Arifin Tasrif sudah menyetujui revisi kedua rencana pengembangan atau plant of development (POD) proyek gas alam cair (LNG) Blok Masela. Revisi POD ini sebelumnya diajukan oleh konsorsium yang terdiri atas Inpex, Pertamina, dan Petronas.
“Revisi kedua POD sudah disetujui Menteri ESDM pada 28 November kemarin,” kata Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto dalam rapat dengar pendapat bersama Komisi VII DPR RI, Kamis (30/11).
Dalam revisi tersebut terdapat poin perubahan yang diajukan Inpex. Perusahaan asal Jepang ini mengajukan penambahan investasi di proyek penangkap dan penyimpan karbon (CCS). Penambahan CCS ini merupakan salah satu visi Inpex untuk menekan emisi karbon.
Mengenai permintaan tersebut, Dwi mengatakan telah mendapat kesepakatan semua pihak. “Sudah disetujui revisi POD-nya, akan kami lanjutkan dengan penyesuaian kontrak bagi hasil (PSC),” ucapnya.
Sebelumnya, Menteri Arifin mendorong percepatan revisi POD Blok Masela. “Supaya segera produksi,” katanya saat ditemui di kantor Kementerian ESDM pada 20 Oktober 2023.
Pembeli LNG blok migas tersebut ditargetkan berasal dari domestik. "Supaya ketahanan energi dalam upaya transisi tercapai," ucap Arifin.
Revisi PoD itu akan mengubah ketentuan yang disepakati antara pemerintah dan Inpex serta Shell sebagai kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) Blok Masela pada 2019.
Ketika itu, Shell memutuskan hengkang dari proyek tersebut karen kondisi arus kas yang terbatas. Dari sisi investasi (capex), Blok Masela membutuhkan dana sekitar US$ 19,8 miliar, lalu biaya operasi (opex) Rp 14,8 miliar.
Kementerian ESDM pernah menaksir adanya tambahan fasilitas CCS di Proyek LNG Masela berdampak pada biaya proyek yang membengkak sebesar US$ 1,4 miliar atau Rp 21 triliun.
Meski memerlukan tambahan investasi yang besar, Arifin menilai proyek LNG Masela masih berada di skala ekonomis. Pernyataan itu merujuk pada cadangan gasnya yang mencapai 4 triliun kaki kubik (TCF). Target produksinya adalah 2029.
Ladang gas yang terletak di Kepulauan Tanimbar, Maluku itu mengandung sumber daya gas hingga 27,9 juta kaki kubik (TCF), dengan estimasi produksi sekira 9,5 juta ton LNG per tahun dan 35 ribu barel kondensat per hari. “CCS itu yang paling utama, memang harus ada special effort untuk percepatan proyeknya,” ujar Arifin.