Formula Harga BBM Berubah, ESDM Pastikan Besaran Subsidi Tetap Sama
Pemerintah mengubah aturan penetapan formula harga dasar Jenis BBM Tertentu (JBT) pada 8 Desember lalu. Menteri menetapkan formula baru ini berdasarkan Keputusan Menteri (Kepmen) ESDM Nomor 439 K/MG.01/MEM.M/2023.
Dalam aturan terbaru ini, ditetapkan menggunakan formula 100% harga indeks pasar (HIP) minyak solar + Rp 868/liter. Pada Kepmen ESDM Nomor 148 K/12/MEM/2020 atau aturan sebelumnya, penetapan formula solar ini dibedakan dalam dua jenis.
Pertama, untuk distribusi dari PT. Pertamina dengan formula 97,5% HIP minyak solar + Rp 900/liter dan distribusi dari PT. AKR dengan formula 97,5% HIP minyak solar + Rp 843/liter.
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM Tutuka Ariadji menjelaskan bahwa perubahan formula harga dasar ini tidak berdampak pada besaran subsidi BBM. “Perubahan formula harga dasar JBT Minyak Solar tidak mempengaruhi besaran subsidi minyak solar sebesar Rp 1.000/liter,” kata Tutuka melalui siaran pers, Senin (18/12).
Dia menyebut, komponen harga dasar JBT Minyak Solar ini terdiri atas biaya perolehan, biaya distribusi, dan biaya penyimpanan serta margin.
“Biaya perolehan merupakan biaya penyediaan BBM dari produksi kilang dalam negeri dan/atau impor sampai dengan terminal BBM/depot," ujarnya.
Kepmen terbaru ini digunakan Pemerintah untuk menghitung Harga Jual Eceran Jenis BBM Tertentu, yang nantinya sebagai dasar perhitungan kompensasi yang akan dibayarkan Negara kepada Badan Usaha Pelaksana Penugasan Penyediaan dan Pendistribusian Jenis BBM Tertentu.
Selain solar, minyak tanah atau kerosene juga masuk dalam JBT yang formulanya juga turut diatur dalam Kepmen tersebut. Formula harga dasar untuk JBT jenis minyak tanah dengan formula 102,49% HIP minyak tanah ditambah Rp 263/liter. Formula harga dasar ini, digunakan sebagai acuan untuk menetapkan harga dasar setiap liter JBT.
