Menteri ESDM Buka-bukaan Soal Cadangan Migas Baru, Ini Lokasinya
Kementerian ESDM mengatakan sejumlah temuan atau discovery cadangan migas terbaru dapat menunjang tercapainya target produksi pada 2030. Menteri ESDM Arifin Tasrif mengatakan penemuan ini perlu disyukuri.
Seperti penemuan gas di Geng North, di wilayah kerja (WK) North Ganal, Kalimantan Timur oleh perusahaan migas Italia, ENI dengan kapasitas temuan mencapai 5 triliun kaki kubik (TCF) serta kondensat.
Kemudian temuan di Sumur Timpan-1 di WK Andaman II serta temuan teranyar SKK Migas di Sumur Layaran-1 di South Andaman dengan total cadangan 6 TCF pada pertengahan Desember lalu.
“Kami punya target 12 BSCFD (miliar standar kaki kubik per hari) di 2030 dengan produksi Blok Masela, Geng North, Timpan, dan Layaran. Itu kami hitung-hitung jumlah gasnya baru 11,01 BSCFD, masih 0,9 BSCFD lagi. Nah ini yang lagi kita cari,” kata Arifin saat ditemui di kantornya pada Jumat (5/1).
Arifin menyebut, dalam mencapai target tersebut dia menyebut perlu juga menyiapkan prasarana lain. “Kami harus menyiapkan infrastrukturnya. Kalau ada gasnya tapi tidak bisa diangkut, ya sama saja,” jelas Arifin.
“Yang penting gas untuk transisi energi bisa cukup tapi dibarengi dengan terbangunnya infrastruktur,” ujarnya.
Dalam kesempatan yang sama, Arifin juga memberi tanggapan terkait proyeksi produksi minyak Indonesia pada tahun ini. “Kalau minyak memang agak berat,” kata dia.
Kinerja Lifting Migas 2023
Sebelumnya Menteri Keuangan Sri Mulyani menyampaikan realisasi lifting migas 2023 lebih rendah dibandingkan 2022. Realisasi lifting minyak di 607,5 ribu barel per hari (bph). Angka ini lebih rendah dari asumsi anggaran pendapatan dan belanja negara atau APBN 2023 yang di level 660 ribu bph.
"Lifting gas 964 ribu barel ekuivalen minyak per hari (BOEPD), lebih rendah dibandingkan asumsi 1,1 juta BOEPD,” kata Sri Mulyani dalam konferensi pers Realisasi APBN 2023, di Jakarta pada Selasa lalu.
Direktur Jenderal Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Tutuka Ariadji mengatakan, terdapat dua faktor yang menyebabkan target tersebut tidak tercapai. Pertama, lapangan-lapangan minyak dan gas bumi Indonesia sudah banyak yang tua. Jumlah cadangannya juga mulai menurun.
“Kedua, fasilitas yang ada di lapangan juga sudah tua, sehingga perlu diganti dulu,” kata Tutuka saat ditemui di Kantornya pada Rabu (3/1).
Tutuka mencontohkan, di wilayah kerja (WK) Offshore Southeast Sumatra (OSES) sudah dilakukan penggantian pipa. Wilayah kerja ini merupakan salah satu lapangan migas tua yang dimiliki Pertamina.
Penggantian pipa juga akan dilakukan di WK Offshore North West Java. Kalau penggantian fasilitas sudah rampung, harapannya kenaikan produksi bisa terjadi. "Masalahnya masih di situ, jadi kami perbaiki dulu fasilitas-fasilitasnya,” ucapnya.