Pemanfaatan Nikel 2040 Diprediksi Masih Didominasi Baja Anti Karat
Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (Perhapi) memprediksi mayoritas penggunaan nikel pada 2040 masih akan didominasi untuk produksi baja anti karat atau stainless steel, meski penggunaan untuk produksi baterai kendaraan listrik meningkat drastis.
Ketua Bidang Kajian Strategis Pertambangan Perhapi Muhammad Toha menyebut penggunaan untuk stainless steel pada 16 tahun kedepan masih berada di angka 48% secara keseluruhan.
“Diperkirakan pada 2040 penggunaan nikel untuk stainless steel sebanyak 48%, sementara untuk baterai akan meningkat drastis menjadi 30%,” kata Toha dalam webinar LFP vs Baterai Nikel yang dipantau secara daring pada Senin (5/2).
Toha menjelaskan disebut kenaikan drastis ini sebab pada data yang bersumber dari Wood Mackenzie, pada 2020 penggunaan nikel untuk baterai hanya sebesar 3% saja. Wood Mackenzie melaporkan, pada 2020 mayoritas atau sebanyak 71% penggunaan nikel diperuntukkan bagi stainless steel.
“Stainless steel adalah material yang dipakai untuk perang dan industri mulai dari militer, rumah tangga, manufaktur, otomotif, dan lain lain. Kalau berdasarkan bukunya Pak Irwandy Arif mengatakan bahwa nikel saat ini dipakai lebih dari 100.000 produk industri,” ujar Toha.
Selain untuk stainless steel dan baterai, nikel juga digunakan untuk foundry, plating, logam non ferro, dan alloy steels. Perkiraan penggunaan nikel pada 2040 yakni 48% stainless steel, 30% baterai, 10% logam non-ferro, 5% plating, 4% foundry, dan 3% baja paduan (alloy steels).
“Konsumsi nikel untuk konsumsi industri-industri tersebut sebetulnya naik pada 2040. Hanya saja kenaikan kebutuhan nikel untuk baterai mobil listrik itu diperkirakan sangat besar sehingga nikel untuk baterai itu persentasenya akan meningkat sangat drastis,” ucapnya.
Membahas mengenai baterai, Toha menyampaikan bahwa penggunaan nikel sebagai baterai kendaraan listrik memberi dampak pada lonjakan harga nikel pada periode pandemi Covid-19.
“Pada saat ekonomi dunia sedang lesu dan tidak baik-baik saja tetapi harga nikel justru naik. Inilah yang kami sinyalir bahwa harga nikel pada periode ini didorong adanya isu penggunaan nikel untuk baterai mobil listrik,” kata dia.
Menurut Toha, adanya isu ini menguntungkan bagi para penambang nikel di Indonesia. “Karena ketika saat itu harga nikel sangat kompetitif dan itu yang memicu banyak perusahaan dari luar Indonesia yang berupaya untuk masuk ke industri nikel dan membangun pabrik nikel,” ujar Toha.