Pakar Sayangkan Indonesia Tak Kuasai Teknologi Pengolahan Nikel

Mela Syaharani
6 Februari 2024, 16:39
smelter, nikel, hilirisasi
ANTARA FOTO/jojon/Spt.
Foto udara smelter milik PT Vale Indonesia Tbk di Sorowako, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan, Jumat (28/7/2023).
Button AI SummarizeBuat ringkasan dengan AI

Pakar hilirisasi sekaligus pendiri Indonesian Institute for Mineral and Metal Industries (IM2I) Raden Sukhyar mengatakan Indonesia sebagai negara dengan cadangan nikel terbesar di dunia seharusnya memiliki keunggulan dalam bidang teknologi mineral.

“Nikel seharusnya dijadikan keunggulan, bukan hanya bagaimana kita memproses nikel untuk mendapatkan nilai tambah, tetapi juga unggul dalam menciptakan teknologi nilai tambah yang sekarang belum dimiliki Indonesia,” kata Raden dalam webinar LFP vs Baterai Nikel dikutip pada Selasa (6/2).

Menurut Raden, penguasaan teknologi sangatlah penting mengingat seluruh barang modal yang ada pada pabrik pengolahan dan pemurnian (smelter) di Indonesia itu berasal dari China.

“Ini mengkhawatirkan, sebetulnya saya dari dulu mengkritisi industri barang modal bagi sumber daya andal di dunia yakni nikel yang kita miliki seharusnya dikelola seluruhnya oleh Indonesia. Sekarang coba dilihat semua smelter itu adalah produk teknologi Cina,” ujarnya.

Raden menyebut, perlu perbaikan dalam hal ini sehingga kegiatan hilirisasi tidak hanya mengutamakan untuk menghasilkan produk turunan saja. “Bukan sekadar hilirisasi saja, tapi juga penguasaan teknologi harus diutamakan,” ucapnya.

Penguatan teknologi menurut Raden dimaksudkan untuk mempersiapkan Indonesia di masa mendatang cadangan serta potensi nikel telah habis. ”Jadi jika kita kuat dari segi teknologi, ekonomi tidak akan berakhir sebab kita bisa melakukan ekspansi ke negara-negara dengan cadangan nikel yang masih tersedia,” kata dia.

Raden mencontohkan seperti Cina, yang tidak memiliki sumber daya nikel yang melimpah namun memiliki kemampuan pengelolaan yang sangat bagus dari segi teknologinya.

“Mereka itu sangat unggul dalam kemampuan riset dan inovasi. Begitu mereka tidak punya nikel, mereka memiliki kapasitas untuk berinovasi mengembangkan LFP sehingga tidak memiliki ketergantungan akan nikel dan kobalt,” ucap Raden.

Melihat keunggulan negara asal panda ini, Raden memprediksi langkah Cina yang maju dalam segi teknologi akan diikuti oleh negara-negara maju lainya. “Inilah keunggulan negara maju,” ujar dia.

Reporter: Mela Syaharani

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...