Pernyataan Trump Soal Mobil Listrik Berpotensi Tekan Harga Nikel Dunia
Asosiasi Penambang Nikel Indonesia atau APNI menyatakan harga nikel dunia makin memburuk akibat pernyataan Presiden Amerika Serikat Donald Trump hari ini, Senin (22/7). Trading Economics mendata nikel kini dilego US$ 16.250 per ton.
Trump berkomitmen untuk mencabut aturan wajib kendaraan listrik jika kembali terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat pada pemilu November mendatang. Hal tersebut ia sampaikan saat menerima nominasi sebagai calon presiden dari Partai Republik pekan lalu, Kamis (18/7).
"Beliau menyampaikan akan mendukung industri otomotif nasional karena tidak mungkin dimatikan. Ini pasti akan berdampak ke harga nikel dunia lagi," kata Sekretaris Umum APNI Meidy Katrin Lengkey di Kantor Kementerian Keuangan, Senin (22/7).
Berdasarkan data Trading Economics, harga nikel dunia masuk tren pelemahan setelah 8 Juli 2024 di sekitar US$ 17.400 per ton. Dengan kata lain, harga nikel telah melemah US$ 1.150 per ton atau 6,6% dalam dua pekan terakhir.
Meidy mengingatkan bahwa Trump adalah pengusaha sebelum menjadi Presiden AS pada 2017. Oleh karena itu, tujuan utama Trump saat menjadi presiden adalah mencari keuntungan terbesar untuk negaranya.
Dengan demikian, Trump kemungkinan besar akan meninggalkan proyek industri kendaraan listrik jika tidak memberikan keuntungan kepada Amerika. Walau demikian, Meidy menilai Trump pada akhirnya akan mengadopsi industri EV di negaranya, namun dengan tempo yang lebih lambat.
"Trump akan memilih jalan yang membuat pengusaha di negaranya tetap mendapat cuan, tapi tidak menyampingkan energi hijau ke depannya," katanya.
Oleh karena itu, Meidy mengaku tidak dapat memprediksi pergerakan harga nikel jika Trump terpilih. Di samping itu, Meidy mengatakan nikel merupakan komoditas yang dapat mengalami ledakan harga komoditas seperti pada 2022.
"Kami bisa cari pasar lain, seperti negara-negara di Eropa dan Asia. Semoga jika Trump kembali terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat tidak berdampak parah terhadap pertambangan nasional," katanya.
Sebelumnya, Kementerian ESDM menerbitkan bahwa harga acuan nikel Indonesia naik 8,51% menjadi US$ 18.962,11 per ton metrik kering (dmt) pada Juni 2024. Angka ini meningkat US$ 967,59 per dmt dibandingkan Mei lalu yang mencapai US$ 17.472,38 per dmt.
Dewan Penasehat APNI Djoko Widajanto mengatakan kenaikan harga disebabkan oleh perang yang berkelanjutan. Alhasil, pabrikan nikel nasional dapat memasarkan produknya ke pasar global.
Selain geopolitik, Djoko menyebut naiknya harga nikel dipengaruhi oleh kondisi menipisnya cadangan nikel di negara lain. “Seperti di Kongo, Zimbabwe itu sudah menipis. Belum lagi di Amerika Latin kebanjiran sehingga tidak bisa produksi. Jadi yang punya tinggal Indonesia,” ujarnya.