Harga Pangan Dunia Bisa Makin Mahal Akibat Perubahan Iklim

Rena Laila Wuri
22 Maret 2024, 08:58
Perubahan Iklim
ANTARA FOTO/Rahmad/foc.
Petani menunjukkan padi yang kekeringan di Desa Rayeuk Kareung Kecamatan Blang Mangat, Lhokseumawe, Aceh, Selasa (13/2/2024). Petani setempat menyebutkan seluas 67 haktar tanaman padi musim tanam pertama tahun 2024 di daerah tersebut alami kekeringan akibat terdampak normalisasi pembangunan bendungan irigasi Krueng Pase tak kunjung selesai ditambah hampir empat pekan ini tidak turun hujan sehingga dikhawatirkan padi terancam puso dan gagal panen.
Button AI Summarize

Hasil studi Institut Potsdam bersama Bank Sentral Eropa menunjukkan bahwa pemanasan global dan kenaikan suhu bumi akan mendorong harga makanan jauh lebih tinggi. Mereka memprediksi harga pangan di seluruh dunia naik hingga 3,2% setiap tahunnya.

“Pada tahun 2035, suhu yang lebih tinggi saja akan mendorong harga pangan di seluruh dunia antara 0,9% dan 3,2% setiap tahun. Ini akan menambah antara 0,3% dan 1,2% dari inflasi secara keseluruhan,” tulis hasil studi Institut Potsdam dikutip dari New Scientist, Jumat (22/3).

Peneliti Institut Potsdam, Maximilian Kotz mengatakan, dirinya sempat terkejut akan dampak dari perubahan iklim global ini. Hal ini dia sampaikan saat berdiskusi dengan para ekonom ketika meneliti dampak perubahan iklim di Jerman.

Menurutnya, cuaca ekstrem yang dipicu oleh pemanasan global semakin memengaruhi produksi pangan di seluruh dunia. Apabila petani tidak beradaptasi dengan baik, maka kerugian menjadi semakin serius karena dunia iklim terus memanas.

Studi tersebut membandingkan data harga bulanan dari berbagai barang dan jasa di 121 negara antara tahun 1996 dan 2021, bersamaan dengan kondisi cuaca yang dihadapi negara-negara tersebut.

Para peneliti mencari korelasi antara harga pangan dan faktor-faktor seperti suhu rata-rata bulanan, variabilitas suhu, ukuran kekeringan dan curah hujan ekstrem. Mereka menemukan hubungan yang kuat antara suhu rata-rata dan harga makanan dalam bulan atau lebih.

New York dan Beijing Memiliki Suhu Lebih Hangat

Kotz mencotohkan wilayah utara Kota New York, Madrid dan Beijing, yang memiliki suhu lebih hangat dari rata-rata selama musim dingin. Kondisi ini menyebabkan penurunan harga makanan disana. Tetapi di saat musim panas, suhu di setiap negara rata-rata meningkatkan dan harga makanan ikut melambung.

Halaman:
Reporter: Rena Laila Wuri
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...