PLN Gandeng Pemkab Jeneponto Olah Limbah Jagung untuk Co-Firing PLTU
PT Perusahaan Listrik Negara melalui anak usahanya PLN Nusantara Power menggandeng Pemerintah Kabupaten Janeponto, Sulawesi Selatan, untuk memanfaatkan limbah produksi jagung menjadi bahan biomassa.
Limbah jagung tersebut, akan digunakan sebagai bahan co-firing di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Punagaya. Sebelumnya, pembangkit ini telah menggunakan co-firing yang berasal dari sawdust dan woodchip.
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengungkap, PLN terus berkomitmen dan konsisten untuk menghadirkan energi bersih demi tercapainya Net Zero Emissions (NZE). Menurutnya, pemanfaatan limbah jagung ini merupakan langkah positif mewujudkan listrik hijau yang sejalan dengan komitmen pengurangan emisi karbon di Indonesia.
"PLN terus meningkatkan bauran energi hijau dalam penyediaan listrik nasional. Penerapan co-firing biomassa menjadi salah satu solusi cepat dalam mengurangi emisi karbon dan peningkatan bauran energi baru terbarukan, karena tidak perlu membangun pembangkit baru," Kata Darmawan dalam keterangan resmi, dikutip Minggu (16/6)
Penjabat Bupati (Pj Bupati) Jeneponto, Junaedi Bakri mengatakan, pihaknya mengapresiasi PLN Nusantara Power yang akan memanfaatkan limbah bonggol jagung untuk co-firing.
Ia menjelaskan, sebagai salah satu daerah penghasil jagung terbesar di Sulawesi Selatan, Janeponto memiliki potensi yang besar untuk dapat memasok limbah bonggol jagung sebagai bahan untuk co-firing PLTU Punagaya.
Ini memungkinkan, karena dengan luas lahan tanam jagung mencapai 60.165 hektare dan produksi mencapai 418 ribu ton, wilayah ini memiliki andil besar terhadap suplai jagung nasional.
"Saya melihat ada potensi besar yang dapat dimanfaatkan PLN Nusantara Power dalam mengolah limbah bonggol jagung sebagai bahan biomassa. Saya berharap agar limbah ini dapat terserap paling tidak 20% dari total produksi jagung," kata Junaedi.
Direktur Utama PLN Nusantara Power Ruly Firmansyah mengatakan, pihaknya telah menyelesaikan uji coba co-firing bonggol jagung di dua lokasi, yaitu PLTU Punagaya dan PLTU Tanjung Awar-Awar, Tuban.
Ia menjelaskan, total kebutuhan biomassa bahan co-firing PLTU Punagaya mencapai 100 ribu ton per tahun, dengan potensi penurunan emisi mencapai sekitar 169 ton CO2.
"Selain berkontribusi positif pada lingkungan, metode co-firing ini juga merupakan hasil dari pasokan UMKM warga sekitar. Sehingga, program ini turut mengangkat tingkat ekonomi masyarakat,” kata Ruly.
Secara keseluruhan, PLN Nusantara Power telah mengaplikasikan co-firing di 25 PLTU yang ada di Indonesia. Metode co-firing tersebut, telah memproduksi 525,62 GWh energi hijau atau setara dengan reduksi emisi karbon sebesar 533.291,79 metrik ton.