Raksasa Nikel Australia BHP Setop Produksi Gara-gara Indonesia

Happy Fajrian
12 Juli 2024, 14:38
nikel, australia, bhp,
ANTARA FOTO/REUTERS/Yusuf Ahmad
Seorang pekerja memperlihatkan bijih nikel di smelter feronikel yang dimiliki oleh perusahaan tambang negara Aneka Tambang Tbk di distrik Pomala, Indonesia.
Button AI Summarize

Produsen nikel Australia, BHP, mengumumkan akan menghentikan produksi mulai Oktober 2024 hingga Februari 2027. Presiden Direktur BHP Geraldine Slattery mengatakan bahwa keputusan ini didasari oleh kondisi kelebihan pasokan global yang membuat harga nikel anjlok.

“Seperti perusahaan lain di sektor nikel Australia, kami belum mampu mengatasi tantangan ekonomi substansial yang didorong oleh kelebihan pasokan nikel global,” kata Slattery seperti dikutip dari mining.com, pada Jumat (12/7).

Nikel merupakan mineral penting yang digunakan dalam baterai kendaraan listrik, tetapi membanjirnya nikel murah dari Indonesia telah menekan harga dan meningkatkan tekanan pada operator berbiaya tinggi di Australia.

Harga nikel global rata-rata lebih dari US$ 25.000 per ton dalam 18 bulan sejak awal 2022 dan sekarang berada pada US$ 16.725 per ton. Hal ini membuat biaya operasional menjadi tidak ekonomi. Pada tahun keuangan hingga 30 Juni 2024, BHP melaporkan kerugian sekitar A$ 450 juta atau sekitar Rp 4,9 triliun di divisi nikelnya.

Perusahaan yang menambang bijih besi, batu bara, tembaga, dan nikel ini akan menangguhkan operasi penambangan dan pemrosesan di kilang nikel Kwinana, peleburan nikel Kalgoorlie, dan operasi Mt Keith dan Leinster serta menangguhkan pengembangan proyek West Musgrave.

Sekitar 2.500 pekerja terdampak penghentian produksi ini. Naun BHP mengatakan akan menawarkan peluang penempatan kembali pekerja nikel garis depan ke operasi lain perusahaan atau pembayaran pesangon.

“Setiap karyawan garis depan akan ditawari peran lain di BHP dan upaya terbaik juga akan dilakukan untuk mengidentifikasi peluang penempatan kembali bagi karyawan lain yang terlibat dalam operasi sehari-hari Western Australia Nickel,” kata perusahaan itu.

Perusahaan akan membentuk dana komunitas sebesar A$ 20 juta atau Rp 218,4 miliar untuk mendukung masyarakat dan bisnis lokal yang terkena dampak penangguhan produksi tersebut.

Diperkirakan sekitar 400 pekerja akan tetap berada di divisi nikel untuk memulai kembali operasi jika kondisi pasar membaik. Perusahaan akan menginvestasikan $450 juta setahun ke divisi tersebut untuk memungkinkan dimulainya kembali operasi.

Menteri Sumber Daya Australia Madeleine King menyebut keputusan BHP mengecewakan. ”Pemerintah bekerja sama dengan BHP dan sektor nikel yang lebih luas dalam tanggapan kebijakan yang akan mendukung produksi nikel Australia yang sedang berlangsung,” katanya.

King menjelaskan bahwa pemerintah telah menambahkan nikel ke daftar mineral penting pada Februari lalu agar proyek nikel memenuhi syarat untuk dipertimbangkan untuk mendapatkan fasilitas pembiayaan senilai A$ 4 miliar.

Austraia juga mengumumkan insentif pajak produksi mineral penting dalam Anggaran Mei. “Namun, jelas bahwa skala kesulitan komersial yang dihadapi Nickel West akibat perkembangan di pasar nikel global telah menyebabkan penangguhan sementara yang diumumkan oleh BHP,” kata King.

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...