Pertamina akan Pasok BBM Rendah Sulfur dari Tiga Kilang Terbesar
PT Pertamina (Persero) menyebut produksi bahan bakar minyak (BBM) rendah sulfur pada tahap awal akan dipasok dari kilang-kilang terbesar mereka.
“Dari Kilang Balongan, Cilacap, dan Balikpapan yang sekarang memang sedang dalam proses RDMP. Jadi kilang-kilang ini akan kami optimalkan terlebih dahulu,” kata VP Sustainability Program,Rating & Engage PT Pertamina (Persero) Indira Pratyaksa dalam acara Katadata SAFE 2024 di Grand Ballroom Hotel Kempinski, Rabu (7/8).
Namun kedepannya, dia menyebut Pertamina akan mengoptimalisasi produksi BBM rendah sulfur dari seluruh kilang yang dimiliki. Hal ini dilakukan dengan revitalisasi dan penambahan kapasitas kilang. “Kami pastikan produksi kilang-kilang ini tidak hanya fossil-fuel tapi juga bisa produksi bio-fuel juga,” ujarnya.
Pemerintah berencana memperbaiki kualitas BBM di Indonesia dengan kandungan sulfur yang lebih rendah. Kementerian Koordinator Bidang Maritim dan Investasi mengatakan rencananya penyediaan BBM rendah sulfur ini akan dilakukan pada 17 Agustus mendatang, namun jadwalnya bergeser menjadi 1 September 2024.
Indira mengatakan, Pertamina akan berusaha sebisa mungkin untuk bisa mengejar target pemerintah dalam implementasi BBM rendah sulfur ini.
“Namun bagaimana itu akan diimplementasikan semuanya tergantung dari pemerintah, yang penting Pertamina sudah bersiap diri, ketika dikatakan oke, ready, maka kami harus bisa memproduksi,” ucapnya.
Sebelumnya, Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Kemenko Marves Rachmat Kaimuddin mengatakan saat ini pemerintah tidak berencana untuk menaikkan harga BBM bersubsidi, tetapi akan menaikkan kualitas BBM dan menjaga golongan yang benar-benar membutuhkan agar subsidi BBM lebih tepat sasaran.
“Uang negara harus benar-benar dinikmati oleh kalangan yang membutuhkan,” kata Rachmat dalam media workshop bertajuk “Tekan Emisi, Perbaiki Kualitas Udara: Kebijakan Baru Subsidi BBM” di Ashley Wahid Hasyim, Jakarta Pusat, Senin (5/8)
Dia juga menjelaskan jika kualitas BBM di Indonesia masih jauh tertinggal dibanding negara lain di dunia. Bahkan, di kawasan Asia Tenggara, Indonesia masih tertinggal oleh Vietnam dan Thailand.
Rachmat menyebut hingga saat ini hanya terdapat tiga jenis bahan bakar yang memenuhi standar bahan bakar rendah sulfur dengan kandungan sulfur maksimal 50 ppm atau EURO 4 di Indonesia, yaitu diesel (B35) CN 51, bensin RON 95, dan bensin RON 98.
Adapun, bahan bakar lain, seperti bensin RON 90, bensin RON 91, dan diesel CN 48 masih memiliki batas maksimal kandungan sulfur di atas 50 parts per million (ppm), tapi ditargetkan mencapai 50 ppm secara bertahap.
“Kemenko Marves melihat isu lingkungan dan penyediaan BBM ramah lingkungan merupakan isu mendesak yang harus segera diselesaikan,” ujar Rachmat.
Saat ini, BBM bersubsidi masih memiliki kadar sulfur 500 ppm. Padahal, Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 20/Setjen/Kum.1/3/2017 mewajibkan kendaraan bermotor menggunakan bahan bakar bensin untuk memenuhi standar emisi gas buang EURO 4 atau memiliki maksimal kandungan sulfur 50 ppm.