Dunlop Aircraft Tyres, Calon Investor Pabrik Ban Pesawat di Indonesia
Dunlop Aircraft Tyres UK akan membangun pabrik ban pesawat di Indonesia. Pabrik senilai Rp 1 triliun itu diperkirakan membutuhkan waktu 18 bulan dalam pembangunannya.
Rencana investasi itu diungkapkan oleh Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita. “Dunlop mau investasi di Indonesia untuk membangun fasilitas ban vulkanisir khusus untuk pesawat pada tahap awal. Komponen pesawat itu sangat delicate dan Dunlop memiliki kapabilitas untuk ini,” kata Agus, di Jakarta, Rabu (6/11).
Dunlop merupakan salah satu pemain besar di industri ban pesawat global. Perusahaan yang berkantor pusat di Birmingham, Inggris ini bersaing dengan Goodyear (Amerika Serikat), Michellin (Prancis), dan Bridgestone (Jepang) di pasar ban pesawat.
Sejarah perusahaan ini dimulai pada 1910. Cikal bakal kelahiran produsen ban ini bermula dari John Boyd Dunlop, seorang penemu dan dokter bedah hewan asal Skotlandia, yang menemukan ban karet yang bisa diisi dengan angin pada 1887. Pada saat itu, ban yang lazim digunakan untuk sepeda adalah ban yang terbuat dari kayu atau ban yang terbuat dari karet solid (tidak berongga).
Dunlop memasang ban karet buatannya di sepeda roda tiga milik anak laki-lakinya. Ternyata, sepeda itu bisa melaju lebih baik. Hasil penemuannya ini kemudian digunakan oleh seorang pebalap sepeda, Willie Hume, yang kemudian memenangkan sejumlah balapan di Inggris dan Irlandia. Ketua Asosiasi Pebalap Sepeda Irlandia, Harvey Du Cros, tertarik dengan penemuan tersebut. Cros mengajak Dunlop bekerja sama untuk menjual ban karet itu secara komersial.
(Baca: Produsen Ban Dunlop Bangun Pabrik Ban Pesawat Rp 1 T di Indonesia)
Dunlop mendapatkan hak paten atas ban karet buatannya pada 1888. Namun, dua tahun kemudian hak paten tersebut dinyatakan tak berlaku. Pasalnya, seorang penemu Skotlandia lainnya, Robert William Stonehaven telah mendapatkan hak paten untuk ban karet yang bisa diisi udara di Prancis dan AS, masing-masing pada 1846 dan 1847.
Dunlop dan Du Cross akhirnya mendirikan perusahaan bernama Pneumatic Tyre and Booth's Cycle Agency untuk menjual produk ban karetnya. Dunlop pensiun pada 1895. Setahun kemudian, Du Cross menjual perusahaannya kepada investor Inggris, Terah Hooley, senilai 3 juta poundsterling. Hooley kemudian menjual seluruh saham perusahaan tersebut ke publik seharga 5 juta poundsterling.
(Baca: Bertemu Mendag AS, Luhut Ajak Tesla Bangun Pabrik Baterai Litium)
Memproduksi Ban hingga Rem Pesawat
Pada awal abad ke-20, perusahaan berganti nama menjadi Dunlop Rubber. Perusahaan terus berkembang dari produsen ban sepeda kemudian merambah ban untuk produk otomotif lainnya.
Dunlop masuk ke bisnis ban pesawat di era 1950-an. Perusahaan ini lah yang mendesain rem pesawat terbang berkecepatan tinggi, Concorde. Perusahaan juga menemukan Maxaret yang merupakan anti-lock braking system (ABS) pertama di dunia pada awal 1950-an. Sistem ABS pada rem pesawat itu memperbaiki jarak henti ketika sebuah pesawat mendarat.
(Baca: Restrukturisasi Merpati Masuk Babak Baru, Akan Libatkan Kim Johanes?)
Hingga saat ini, Dunlop memproduksi lebih dari 300 jenis ban pesawat untuk pasar pesawat komersial maupun pesawat militer. Sekitar 80% produksinya diekspor ke berbagai negara. Pada Juli 2011, Dunlop Aircraft Tyres meraih penghargaan The Queen's Award for Enterprise: International Trade Export karena mencatat pertumbuhan ekspor selama enam tahun berturut-turut.
Beberapa konsumennya adalah Flybe Airlines, Japan Air Commuter (JAC), Ryukyu Air Commuter (RAC), dan Wideroe. Flybee adalah maskapai penerbangan regional terbesar di Eropa yang menerbangkan delapan juta penumpang per tahun. JAC dan RAC adalah maskapai penerbangan asal Jepang. Adapun Wideroe adalah maskapai penerbangan dari Norwegia.
(Baca: Menhub Ingin Bandara Soekarno-Hatta Terbaik di Dunia, Ini 5 Pesaingnya)