Dua Bulan Berurutan Surplus, Neraca Dagang Maret US$ 540,2 Juta

Rizky Alika
15 April 2019, 13:01
bps, ekspor, impor, neraca dagang surplus, defisit
ANTARA FOTO/Didik Suhartono
Ilustrasi pelabuhan ekspor-impor.

Badan Pusat Statstik (BPS) mencatat neraca perdagangan pada Maret 2019 surplus US$ 540,2 juta atau naik dibandingkan Februari yang juga surplus US$ 330 juta. Namun, angka tersebut lebih rendah dibandingkan Maret 2018 yang mencapai US$ 1,12 miliar.

Dengan demikian, neraca dagang selama triwulan pertama tahun ini masih mengalami defisit US$ 190 juta. Nilai ini lebih rendah dibandingkan kuartal pertama 2018 yang surplus USS$ 314,4 juta.

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan perlambatan ekonomi global turut memengaruhi negara tujuan ekspor utama sehingga memengaruhi kinerja neraca dagang. "Juga harga komoditas mengalami fluktuasi," kata dia di kantornya, Jakarta, Senin (15/4).

(Baca: Neraca Dagang Maret Diramal Defisit US$ 200-an Juta Dipicu Impor Migas)

Surplus neraca dagang pada Maret disebabkan oleh surplus neraca nonmigas sebesar US$ 988 juta, lebih tinggi daripada defisit neraca migas US$ 480 juta. Di samping itu, kinerja ekspor tercatat US$ 14,03 miliar atau naik 11,71% dibanding bulan sebelumnya. Sementara dibanding Maret 2018, ekspor menurun 10,01%.

Penigkatan ekspor dibandingkan bulan lalu terjadi lantaran ekspor nonmigas naik 13% menjadi US$ 12,93 miliar, sementara ekspor migas turun 1,57% menjadi US$ 1,09 miliar.

(Baca: BI: Neraca Dagang Maret Akan Kembali Surplus)

Berdasarkan negara tujuan, ekspor nonmigas Indonesia mengalami kenaikan pada semua negara tujuan utama, khususnya ke Tiongkok US$ 437,2 juta, Jepang US$ 139,8 juta, dan Taiwan US$ 118,9 juta.

Nilai impor Maret 2018

Bulan lalu nilai impor tercatat US$ 13,49 miliar atau naik 10,31% dibandingkan bulan sebelumnya. Bila dibandingkan Maret 2018, turun 6,76%.

Berdasarkan sektornya, impor nonmigas mencapai US$ 11,95 miliar atau naik 12,24% dibanding Februari 2019, sementara dibanding Maret 2018 turun 2,29%. Sementara impor migas mencapai US$ 1,54 miliar atau turun 2,7% dibanding Februari 2019.

(Baca: IMF Perkirakan Defisit Transaksi Berjalan Indonesia 2,7% Tahun Ini)

Suhariyanto mengatakan, ada impor yang mengalami penurunan tajam seperti mesin dan peralatan, kendaraan dan bagiannya, bahan kimia organik, dan benda-benda dari besi.

Dari asal negara, impor terbesar berasal dari Tiongkok sebesar US$ 151,9 juta, Singapura US$ 138,5 juta, dan AS sebesar US$ 117,1 juta. Pemerintah, menurut Suhariyanto, telah membuat kebijakan untuk memacu ekspor dan mengendalikan impor. Dengan demikian, ia berharap surplus neraca dagang dapat terus berlanjut di bulan berikutnya.

Reporter: Rizky Alika
Editor: Sorta Tobing

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...