Lawan Kampanye Hitam Sawit, Mendag Galang Dukungan Negara Produsen
Menteri Perdagangan Indonesia Enggartiasto Lukita mengajak sejumlah negara produsen sawit bekerjasama melawan kampanye negatif komoditas tersebut di negara Uni Eropa. Ajakan tersebut diungkap Enggar dalam European Palm Oil Alliance (EPOA) yang digelar di Spanyol, 4 Oktober 2018 lalu.
Selain Enggar, ajakan melawan kampanye hitam sawit juga diungkap Menteri Industri Utama Malaysia Theresa Koh Sum Sim.
“Indonesia dan Malaysia akan bekerja sama menyusun strategi dan mengkampanyekan minyak kelapa sawit yang berkelanjutan untuk melawan kampanye negatif,” kata Enggar dalam keterangan resmi, Senin (8/10).
(Baca : Ekspor Sawit Agustus 3,3 Juta Ton, Tertinggi Sepanjang 2018)
Dia menuturkan saat ini masih banyak persepsi keliru tentang sawit sehingga sentimen negatif berkembang menjadi kepercayaan masyarakat global. Karenanya, hal tersebut perlu didukung dengan kampanye positif produk sawit agar pemberitaan lebih berimbang dan masyarakat internasional mengerti peran sawit bagi pembangunan berkelanjutan.
Pada kesempatan itu, dia juga memaparkan mengenai kebijakan moratorium perluasan lahan sawit yang sudah ditandatangani Presiden Joko Widodo melalui Instruksi Presiden Nomor 8 pada 13 September 2018. Aturan itu menetapkan penundaan dan evaluasi perizinan perkebunan kelapa sawit serta peningkatan produktivitas perkebunan kelapa sawit.
Menurutnya, komoditas minyak kelapa sawit memainkan peranan penting dalam perekonomian dan menyediakan lapangan kerja untuk mengatasi kemiskinan di Indonesia. Komoditas ini bahkan diandalkan sebagai sumber penghasilan bagi 5,3 juta pekerja dan memberikan penghidupan bagi 21 juta orang di Indonesia.
(Baca : Seluruh Pelaku Usaha Sawit Ditargetkan Bersertifikat ISPO di 2020)
Ekspor minyak kelapa sawit Indonesia ke Uni Eropa pada tahun 2017 tercatat sebesar US$ 3,83 miliar naik 35,27% dibandingkan tahun 2016 yang sebesar US$ 2,83 miliar. Sedangkan ekspor ke Spanyol pada tahun 2017 tercatat sebesar US$ 1,17 miliar naik signifikan sebesar 98,38% dari tahun sebelumnya yang tercatat sebesar US$ 795,09 juta.
“Seiring meningkatnya ekspor komoditas ini, meningkat pula kampanye negatif tentang minyak kelapa sawit, terutama di negara-negara maju,” ujar Enggar.
Selain Enggar dan Theresa , hadir pula sejumlah pembicara pada konferasi EPOA, yakni Mantan Presiden Kolombia Alvaro Uribe Velez dan Plant Production and Protection Officer of The FAO Regional Office for Europe and Central Asia Viliami Fakava.
(Baca juga: Sisi Positif Perang Dagang, Ekspor Minyak Sawit Juli Melejit)