Bertolak ke AS, Pemerintah Fokus Isu Perdagangan dan Tarif Bea Masuk

Michael Reily
14 Juli 2018, 12:05
Enggartiasto Lukita
ANTARA FOTO/Wahyu Putro A
Mendag Enggartiasto Lukita (kiri) didampingi Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kemendag Oke Nurwan di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (31/5).

Kementerian Perdagangan siap bertolak ke Amerika Serikat (AS) untuk membahas beberapa isu strategis perdagangan seperti pengenaan tarif besi baja dan alumunium, defisit perdagangan AS serta review  penerima penghapusan potongan atau insentif bea masuk impor (Generalized System Preferences /GSP). Kunjungan tersebut menjadi pertemuan resmi pertama Kementerian Perdagangan sejak era pemerintahan Donald Trump.

Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita rencananya akan memimpin tim kunjungan kerja  pada 21 sampai 28 Juli mendatang. Kunjungan tersebut juga akan diikuti Kamar Dagang dan Industri (Kadin), asosiasi usaha, para pelaku usaha, serta pemangku kepentingan.

“Indonesia siap bermitra dengan AS untuk mengidentifikasi dan mengatasi isu defisit perdagangan karena kedua negara memiliki produk dan jasa yang tidak bersaing, tetapi saling melengkapi,” kata Enggar dalam keterangan resmi, Jumat (13/7). l

(Baca : Indonesia Berupaya Pertahankan Insentif Tarif Bea Masuk Impor AS)

Menurut Enggar, kunjungan tersebut merupakan langkah antisipatif di tengah dinamika perdagangan internasional saat ini seiring dengan merebaknya kebijakan proteksionisme
hingga kenaikan tarif bea masuk. Di samping itu, kunjungan ini diharapkan juga dapat memperkuat kemitraan bilateral kedua negara.

Karenanya, dalam kunjuangan kerja itu pihaknya akan berfokus pada sejumlah agenda pembicaraan, seperti kenaikan tarif impor besi baja dan alumunium ke AS serta terkait isu defisit perdagangan AS.

Indonesia juga diagendakan memenuhi undangan Duta Besar United States Trade Representatives (USTR) untuk membahas review AS terhadap negara-negara penerima Generalized System Preferences (GSP) , yang mana Indonesia merupakan salah satunya. Undangan ini merupakan hasil dari lobi secara tertulis yang dilakukan Pemerintah Indonesia.

(Baca : Ancaman Pencabutan Potongan Bea Masuk Impor AS Tak Berdampak Besar)

“Pemerintah harus sigap bertindak jika ada indikasi pasar ekspornya akan mengalami hambatan supaya ekspor tidak terganggu karena AS adalah negara mitra dagang utama kedua setelah Tiongkok,” ujar Enggar.

Kementerian Perdagangan juga akan melakukan forum bisnis bersama para pengusaha asal AS. Pertemuan bakal dilakukan pelaku usaha Kndonesia dengan US Chamber of Commerce serta pelaku usaha AS dalam format one-on-one business matching.

Menurut catatan Kementerian Perdagangan, total perdagangan Indonesia dan AS pada 2017 sebesar US$ 25,91 miliar. Ekspor Indonesia mencapai US$ 17,79 miliar dengan realisasi impor sebesar US$ 8,12 miliar. Alhasil, neraca perdagangan Indonesia terhadap AS pada tahun lalu mengalami surplus US$ 9,67 miliar.

 (Baca : Jokowi Rapatkan Kabinetnya Antisipasi Ancaman Perang Dagang Trump)

Editor: Ekarina

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...