Baru Diluncurkan, Tank Buatan FNSS Turki-Pindad Dilirik Pasar Global

Dimas Jarot Bayu
10 Oktober 2017, 16:39
Alutsista TNI
ANTARA FOTO/M Agung Rajasa
Pameran Alat Utama Sistem Pertahanan (Alutsista) TNI di depan Trans Studio Mall, Bandung, Jawa Barat, Selasa (3/10).

Menurut Ade, pengerjaan Ranpur 8x8 akan dilakukan pada 2018 mendatang. Dia berharap pengerjaan Ranpur 8x8 dapat dilakukan sebelum produksi Kaplan MT selesai. "Kalau bisa secepatnya. Mungkin 2018 sebelum medium tank," kata Ade.

Pindad saat ini telah memproduksi berbagai alutsista, mulai dari senjata, munisi kaliber kecil (MKK), munisi kaliber besar (MKB), kendaraan tempur seperti panser dan anoa, juga bahan peledak. Selain itu, Pindad juga mengembangkan usahanya untuk memproduksi alat industrial seperti excavator, alat dan mesin pertanian (Alsintani), serta generator listrik.

Ada pula produksi alat penunjang kereta api dan crane untuk pelabuhan. "Kami juga punya anak-anak perusahaan yang bergerak di trading, rumah sakit, dan lainnya," kata Ade.

Target ekspor

Nilai ekspor PT Pindad hingga Oktober 2018 sekitar 10-15% dari penjualan produknya. Angka tersebut masih cukup jauh dari target yang dicanangkan Pindad sebesar 40% pada 2017. "Baru kurang lebih 10-15%," kata Abraham.

Abraham mengatakan, saat ini pihaknya masih terus mengejar ekspor produk Pindad ke luar negeri. Saat ini, Pindad mengaku telah melakukan beberapa penjajakan penjualan produknya dengan negara-negara di kawasan Asia Tenggara. "Tentunya berupa ekspor munisi maupun senjata," kata Abraham.

Abraham menuturkan, rendahnya ekspor produk Pindad terkendala oleh masalah perizinan sesuai aturan yang berlaku di Indonesia. Pasalnya, produk tersebut perlu diuji dulu sebelum bisa diterbangkan ke mancanegara.

Menurutnya, uji produk tersebut membutuhkan izin dengan waktu yang cukup lama. Dia mencontohkan, alat peledak yang diproduksi Pindad memerlukan izin uji terlebih dahulu dari Kementerian Pertahanan, Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo, dan Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Hadi Tjahjanto.

Sebab, uji alat peledak tersebut harus diterbangkan menggunakan pesawat F-16 milik TNI AU. Jika izin tidak diberikan, maka Pindad terpaksa mengujinya secara konvensional dengan meledakkannya dari dalam tanah.

"Kalau kami berbicara ekspor, harus tetap juga taat pada UU dan perizinan dari Kementerian Pertahanan atau Panglima TNI," kata Abraham.

Abraham mengatakan, salah satu produk yang akan diekspor tahun ini adalah 60 ribu alat peledak. Jumlah tersebut terdiri dari 30 ribu alat peledak tipe MK81 dan 30 ribu alat peledak tipe MK82.

Direktur Teknologi dan Suplai PT Pindad Ade Bagja mengatakan, pesanan kedua produk tersebut dalam jangka waktu multi-years, Nilai ekspor untuk dua produk tersebut hampir senilai US$ 120 juta atau setara Rp 1,6 triliun. "Perkiraan MK82 kasarnya satunya US$ 2.000. MK81 lebih murah lagi," kata Ade.

Halaman:
Editor: Yuliawati
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...