"Di Laut, Ada Uang Besar Menanti"

Metta Dharmasaputra
3 April 2017, 17:03
Nelayan Bitung
Katadata

Penangkapan yang terakhir, katanya dilakukan oleh petugas dari Jakarta. Kapal dibawa ke Bitung, dilubangi, lantas dibiarkan tenggelam. Ini mungkin cara petugas menunjukkan bahwa  mereka serius. Ketiga-tiganya ini tertangkap di Talaud, dan mereka pun dilepaskan di Talaud. Untuk dua proses hukum yang pertama, tidak ada yang ditangkap. Tapi begitu yang ketiga, ada yang ditangkap. 

Mateo Mag-Aso (nakhoda Kapal Super Lola alias Garuda 05) dan Jeffrey Mag-Aso (nakhoda Kapal Garuda 06) tetap dipenjara. Mereka dihukum tiga tahun penjara. Mereka sebetulnya meminta bantuan untuk meringankan hukuman, tapi siapa yang bisa kami mintai tolong di sini? Andai saja (Presiden) Duterte itu kerabat saya...

“Kontak’ Anda tidak bisa membantu lagi?

‘Kontak’ kami sudah pergi ke Bitung, tapi tak bisa lakukan apa pun, karena ini sudah muncul ke publik. Tidak bisa ada negosiasi lagi. Mereka bakal dipertanyakan jika melepas orang tersebut.

Satu-satunya yang bisa dilakukan adalah mengakui kesalahan dan menunggu putusan. Keluarga mereka juga menunggu. Kita tidak bisa melakukan apa pun. Tinggal ikuti peraturan saja.

Dulu Mateo meyakinkan Anda untuk terjun di bisnis tuna, dengan segala risikonya. Mengapa Anda begitu yakin?

Saya kenal Mateo karena kami punya lahan pertanian dan rumah di Barangray Conel (sebuah daerah di General Santos). Jadi kami sudah kenal dia. Dia sebelumnya adalah operator kapal ikan besar. Ketika ia keluar dari perusahaan tersebut, dia meyakinkan saya untuk membuat kapal.

Bayangkan, hanya dalam tiga ekspedisi perikanan, kami sudah balik modal. Jujur saja, larangan terbaru yang berlaku di perairan Indonesia berdampak besar terhadap industri perikanan di wilayah kami.

Di General Santos dan Balut, mayoritas penduduk bergantung pada perikanan. Karena itu, kami tak bisa menyalahkan mereka kalau  tetap kembali ke sana (Indonesia), meski sudah pernah ditangkap.

Di Balut, kalau Anda tidak bekerja untuk pemerintah atau sekolah, maka pilihan selain menjadi nelayan adalah jadi buruh. Pertanian yang utama di sini adalah kopra (kelapa kering yang akan diekstrak menjadi minyak kelapa).

Kalau kerja di perkebunan kopra, hanya bisa mendapatkan Php 120 (Rp 31 ribu) per hari. Bisa beli apa dengan uang segitu? Sementara di laut, ada uang besar menanti, juga keberuntungan besar. Di masa jaya, nelayan bisa mendapat Php 50-60 ribu (Rp 13-15 juta rupiah). Ini setara dengan gaji manajer bank atau toko besar.

Di General Santos dan Balut, mayoritas penduduk bergantung pada perikanan. Karena itu, kami tak bisa menyalahkan mereka kalau tetap kembali ke sana (Indonesia), meski sudah pernah ditangkap.

Halaman:
Editor: Pingit Aria
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...