Neraca Dagang April Surplus tapi Kinerja Ekspor Terus Melorot
Tren surplus neraca perdagangan sejak awal tahun ini masih terus berlanjut. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, neraca dagang April 2016 mengalami surplus sebesar US$ 667,2 juta. Ini merupakan surplus bulan keempat secara berurutan sejak awal 2016 dan nilainya lebih besar dibandingkan periode sama 2015 yang cuma US$ 478,3 juta.
Secara kumulatif, neraca dagang Januari-April 2016 sebesar US$ 2,32 miliar atau lebih rendah dibandingkan periode sama 2015 yang mencapai US$ 2,8 miliar. Surplus neraca dagang April 2016 ditopang oleh nilai ekspor sebesar US$ 11,45 miliar, yang lebih tinggi dibandingkan nilai impor US$ 10,78 miliar.
Meski begitu, kalau melongok tren selama setahun terakhir, kinerja ekspor Indonesia masih melempem. Nilai ekspor pada April lalu turun 3,07 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Bahkan, dibandingkan April tahun lalu, nilai ekspor pada April 2016 lebih rendah 12,65 persen.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Sasmito Hadi Wibowo mengungkapkan, penurunan ekspor nonmigas relatif lebih rendah ketimbang ekspor migas. Ekspor migas pada April 2016 anjlok 28,44 persen menjadi US$ 886,8 juta. Sedangkan ekspor nonmigas merosot tipis 0,1 persen menjadi US$ 10,56 miliar.
Penurunan ekspor migas karena melorotnya ekspor minyak mentah sebesar 42,45 persen dan ekspor gas 20 persen. Sementara ekspor hasil minyak naik 17,06 persen. “(Penurunan) nilai ekspor migas lebih banyak disebabkan oleh penurunan harga migas,” katanya dalam konferensi pers BPS di Jakarta, senin (16/5).
(Baca: Darmin Minta Cina Bantu Atasi Defisit Dagang Indonesia)
Sementara itu, penurunan terbesar ekspor nonmigas April 2016 terhadap Maret 2016 terjadi pada perhiasan/permata sebesar 18,05 persen. Selain itu, ekspor bahan bakar mineral turun 10,59 persen dan bijih, kerak dan abu logam sebesar 36,64 persen.
Adapun peningkatan terbesar ekspor nonmigas terjadi pada lemak dan minyak hewan/nabati sebesar 12,75 persen. Lalu, timah 201,4 persen, dan mesin-mesin/pesawat mekanik 18,44 persen. Menurut Sasmito, penurunan ekspor nonmigas terutama disebabkan oleh turunnya ekspor batubara, yang volumenya sekitar 3 juta ton. “Kalau diperhatikan pada tahun-tahun sebelumnya, April turun dibandingkan Maret. Jadi ada faktor musiman,” ujarnya.
(Baca: Pemerintah Prioritaskan Empat Industri untuk Dikembangkan)
Sedangkan berdasarkan sektor, ekspor nonmigas hasil industri pengolahan selama Januari-April 2016 turun 6,46 persen dibandingkan periode sama tahun lalu. Padahal, kontribusinya terhadap angka ekspor secara keseluruhan paling besar, yaitu 76,97 persen. Adapun ekspor hasil tambang dan lainnya turun 24,64 persen dan ekspor hasil pertanian merosot 19,84 persen.
Di sisi lain, nilai impor April 2016 turun 4,62 persen dibandingkan bulan sebelumnya, atau melorot 14,62 persen ketimbang bulan sama 2015. Penurunan terbesar dicatatkan oleh impor migas sebesar 12,32 persen menjadi US$ 1,36 miliar. Sedangkan impor nonmigas turun 3,39 persen.
Menurut Sasmito, hal itu menunjukkan bahwa semakin banyak kebutuhan barang yang diproses atau diolah di dalam negeri, terutama produk bahan bakar minyak (BBM). “Ketergantungan terhadap impor semakin turun pada produk migas,” katanya.
(Baca: Impor Meningkat, Surplus Neraca Dagang Maret Menciut)
Berdasarkan golongan penggunaan barang, nilai impor kelompok bahan baku/penolong dan kelompok barang modal selama Januari-April 2016 menurun masing-masing sebesar 15,38 persen dan 17,02 persen ketimbang periode sama tahun lalu. Sebaliknya, impor golongan barang konsumsi meningkat 16,42 persen.