Dari Badai Krismon Hingga Tragedi Ampera

Aria W. Yudhistira
23 Februari 2015, 14:56
Sepatu Larici
Donang Wahyu|KATADATA
Ujian bertubi-tubi sempat menggoyahkan bisnis sepatu Larici. Mulai dari badai krisis ekonomi ?98, belitan utang, hingga tragedi berdarah Ampera.

Sejak berdiri pada awal 1990-an, boleh dibilang inilah ujian berat ketiga yang menghantam Larici. Ujian pertama terjadi pada 1997/1998 saat badai krisis ekonomi?juga dikenal dengan sebutan krisis moneter (krismon)?menghantam Asia, termasuk Indonesia.

Perekonomian nasional lumpuh. Inflasi meroket, kurs rupiah ambruk dari semula di kisaran Rp 2.500 per dolar AS hingga sempat menyentuh level Rp 17 ribu per dolar AS. Seiring dengan itu, terjadi krisis politik yang ditandai dengan runtuhnya rezim otoriter Orde Baru di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto.

Indonesia tidak lagi dinilai sebagai tempat yang aman. Jumlah turis asing merosot, dan ekspatriat yang tinggal di kawasan Kemang pun banyak yang kembali ke negerinya. ?Padahal, sebelum krisis, pembeli sepatu kami kebanyakan orang asing,? kata Elli, pemilik toko Larici.

Cobaan kedua datang ketika mendiang suaminya?meninggal dua tahun lalu?salah dalam mengelola keuangan perusahaan, hingga terjerat utang, dan membuat Larici berhenti berproduksi pada sekitar 2004. ?Kalau tidak ada kejadian ini, mungkin Larici sudah jauh lebih besar dan mapan,? kata Elli.

Meski begitu, Elli bukanlah tipe perempuan yang mudah menyerah pada keadaan. Setahap demi setahap, usaha sepatu yang dirintis bersama suaminya ini kembali dihidupkannya bersama Yati, perempuan asal Trenggalek yang sudah bersamanya selama 21 tahun.

Di rumah yang sekaligus menjadi tokonya itu, tinggal juga empat karyawan yang membantunya sehari-hari memproduksi sepatu. ?Sehari, sekitar 10 pasang sepatu yang dihasilkan,? ujarnya ketika ditanya besaran skala produksinya. Kisaran harganya bervariasi, mulai dari Rp 200 ribu hingga Rp 700 ribu.

Elli sejatinya memiliki latar belakang pendidikan di bidang perbankan, yang digelutinya saat kuliah di UPN Pondok Labu. Namun, bisnis sepatu tampaknya sudah menjadi pilihan hidup yang akan terus digelutinya.

Anaknya yang kini kuliah di Universitas Indonesia pun mulai menaruh minat untuk semakin mengembangkan bisnis Larici.  ?Sayang kalau tidak ada yang meneruskan,? ujarnya. ?Apalagi, sudah ada pelanggan tetap, seperti kelompok marching band yang selalu memesan sepatu boots-nya ke sini.?

Bisnis Sepatu UKM (Bagian 1) : Sepatu Kulit Made in Ampera

Halaman:
Reporter: Metta Dharmasaputra
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...