Permintaan Tinggi, Harga Ayam Diprediksi Naik 15% Jelang Lebaran

Image title
6 Mei 2020, 15:58
Permintaan Tinggi, Harga Ayam Diprediksi Naik 15% Jelang Lebaran.
ANTARA FOTO/Basri Marzuki/aww.
Pembeli memilih ayam di Pasar Tradisional Manonda, Palu, Sulawesi Tengah, Kamis (23/4/2020). Harga ayam diprediksi naik 15% menjelang Lebaran.

Harga ayam hidup atau live bird diperkirakan akan mengalami kenaikan sebesar 15% menjelang Idul Fitri. Hal itu terjadi seiring dengan melonjaknya permintaan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi saat Lebaran.

Sekretaris Jenderal Gabungan Organisasi Peternak Ayam (Gopan) Sugeng Wahyudi mengatakan kenaikan harga itu masih dalam tingkatan wajar lantaran peternak ingin memanfaatkan momen tersebut untuk mendapat. Terlebih lagi, harga ayam akhir-akhir ini anjlok karena kelebihan pasokan.

"Kalau kita bicara daging ayamnya memang ada kenaikan di harga ayam hidupnya mungkin sekitar 10%-15% dan itu hal yang wajar saya kira," kata Sugeng kepada katadata.co.id, Rabu (6/5).

(Baca: Pasokan Ayam Hidup Berkurang, Harga di Tingkat Peternak Berangsur Naik)

Untuk stok daging ayam dia juga perkirakan cukup, karena masih terdapat di pendingin (cold storage) sebagai tempat penyimpanan saat harganya murah.

Harga harga ayam hidup di tingkat peternak menurutnya saat ini sebesar Rp 17.000 dengan biaya produksi sebesar Rp 16.000. Kondisi ini mulai membaik sejak dua hari terakhir setelah harganya anjlok cukup dalam akibat kelebihan pasokan.  

Sedangkan harga ayam di tingkat konsumen secara nasional berdasarkan situs Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPSN) per 6 Mei 2020 sebesar Rp 29.050 per kilogram atau sedikit lebih tinggi dibanding 30 April yang masih sekitar Rp 28.550 per kg. 

Kendati demikian, peternak juga mengkhawatirkan daya beli masyarakat bakal melemah akibat adanya pandemi virus corona. Hal ini bisa menyebabkan permintaan ayam menurun saat Idul Fitri.

(Baca: 9 Perusahaan Besar Telah Serap 291 Ribu Ekor Ayam Peternak)

Sebelumnya, Gopan menyebut melimpahnya pasokan di pasaran menyebabkan harga live bird menyentuh pada level terendah di angka Rp 7.000 - Rp 8.000. Sedangkan biaya produksinya di level Rp 16.000 - Rp 17.500.

Kondisinya diperparah ketika rupiah terus melemah terhadap Dolar Amerika Serikat (AS). Sehingga harga pakan yang mayoritas harus diimpor mengalami kenaikan harga.

Alhasil, penjualan menurun hingga 40% dari keadaan normal. Hal ini menyebabkan banyak peternak mandiri di pulau Jawa memilih untuk menutup usahanya dibandingkan harus menanggung kerugian.

Reporter: Tri Kurnia Yunianto
Editor: Ekarina

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...