Di Dua Daerah, BC Fasilitasi Pelepasan Ekspor Produk Bernilai Tambah
Jakarta – Bea Cukai memfasilitasi pelepasan ekspor produk indonesia yang bernilai tambah dan berkelanjutan ke pasar global dalam kegiatan yang digelar Kementerian Perdagangan dan dihadiri secara virtual oleh Presiden Joko Widodo, Jumat (04/12). Hal ini dilaksanakan untuk memotivasi pelaku usaha untuk tetap meningkatkan ekspor di masa sulit pandemi Covid-19.
Dalam acara tersebut, Presiden melepas ekspor produk Indonesia yang dilakukan serentak di Lamongan (Jawa Timur), Boyolali (Jawa Tengah), Sunter (DKI Jakarta), Medan (Sumatera Utara) dan sejumlah kota lain di enam belas provinsi di Indonesia. Di Surakarta, tepatnya di PT Pan Brother Boyolali, pelepasan ekspor disaksikan Kepala Kantor Wilayah Bea Cukai Jateng DIY, Padmoyo Tri Wikanto dan Kepala Kantor Bea Cukai Surakarta, Budi Santoso.
Padmoyo mengungkapkan dalam kegiatan tersebut nilai dari komonditas yang diekspor sebesar US$1,64 miliar atau sekitar Rp23,75 triliun. Kegiatan ekspor kali ini diikuti 133 perusahaan yang terdiri dari 79 perusahaan non-Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM_ dan 54 perusahaan merupakan Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Pelepasan ekspor ini juga bertujuan meningkatkan UMKM ekspor, menjaga loyal pembeli, serta sebagai langkah percepatan ekspor non-migas di masa pandemi, termasuk mendorong peningkatan investasi dan menumbuhkan ekonomi nasional pada 2021 mendatang. “PT Pan Brother Boyolali, merupakan satu dari tiga belas perusahaan yang secara serentak melakukan ekspor,” kata Padmoyo.
Ia berharap kegiatan pelepasan ekspor ini dapat menjadi momentum yang berkelanjutan untuk menghasilkan nilai ekspor yang terus meningkat dan membuat Industri Indonesia dapat berdaya saing optimal di pasar global.
Tak hanya di Surakarta, dalam acara yang sama para produsen kopi di Aceh juga difasilitasi Bea Cukai untuk dapat melaksanakan ekspor empat kontainer truk kopi gayo ke Malaysia. Kepala Kantor Wilayah Bea Cukai Aceh, Safuadi mengatakan kopi merupakan salah satu komoditas unggulan pertanian lokal Aceh dan juga sebagian besar wilayah dataran tinggi di Indonesia.
Daerah penghasil kopi yang paling terkenal di Aceh adalah di Kabupaten Bener Meriah, Kabupaten Aceh Tengah dan sebagian Kabupaten Gayo Lues, dengan produknya berupa Kopi Arabica Gayo yang tumbuh di dataran tinggi Tanah Gayo yang meliputi ketiga kabupaten tersebut. Tujuan ekspor Kopi Arabica Gayo sebagian besar Amerika Serikat dan Uni Eropa.
Melalui kegiatan tersebut, Bea Cukai dan Kementerian Perdagangan menunjukkan komitmen dalam membantu menyukseskan program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) dengan memastikan bahwa kegiatan ekspor tetap berjalan meski di tengah pandemi.
“Khusus di Provinsi Aceh, terdapat empat kontainer truk atau sebanyak 73,2 ton Kopi Arabica Gayo yang diekspor ke Malaysia melalui Koperasi Pedagang Kopi Ketiara (KOPEPI KETIARA) dan Kopi Permata Gayo, di Takengon Aceh Tengah,” ungkapnya.
Ekspor kopi yang dilaksanakan, menurut Safuadi, juga merupakan program ekspor berkelanjutan yang akan menjadi awal dari kemajuan perekonomian di Provinsi Aceh. “Mengutip apa yang disampaikan Presiden dalam acara tersebut, bahwa salah satu kunci untuk memperbaiki perekonomian nasional adalah peningkatan ekspor,” ujarnya.
.Bukan hanya membantu para pelaku usaha untuk tumbuh dan membuka lapangan kerja, tetapi juga untuk menghasilkan devisa dan mengurangi transaksi berjalan kita. Potensi Indonesia sangat besar, dari sisi keragaman produk komoditi, dari sisi kreativitas dan kualitas, dari sisi volume dan tujuan negara ekspor. “Kuncinya hanya proaktif dan jangan pasif,” ujar Safuadi.