Restu Raksasa Otomotif Jepang kepada RI Mengekspor Mobil ke Australia
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita memenuhi undangan raksasa otomotif Jepang, pada Rabu dan Kamis (10 - 11 Maret). Salah satu agenda utama Agus yaitu melobi produsen otomotif di Negeri Sakura agar Indonesia dapat mengekspor mobil ke Australia.
Menperin pun membawa kabar gembira sepulangnya ke Tanah Air. Tidak hanya berhasil mengantongi izin untuk memperluas pasar ekspor mobil, para prinsipal di Jepang juga bersedia menambah investasinya di Indonesia.
“Kita mau membuka pasar ekspor Toyota ke Australia dan mereka mempertimbangkan,” ujar Agus saat menggelar konferensi pers secara virtual dari Jepang, seperti dikutip dari Antara, Kamis (11/3).
Toyota berkomitmen memperluas pasar ekspor dari sebelumnya 80 negara menadi 100 negara pada 2024. Oleh karena itu Agus menyebutkan pemerintah akan segera menyusun regulasi terkait perizinan ekspor kendaraan ke Australia dalam kerangka Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-Australia (IA-CEPA).
Sebelumnya pada Rabu (10/3) Menperin bertemu dengan Mitsubishi Motors yang juga telah memberi restu kepada Indonesia untuk mengekspor mobil ke Australia. Secara keseluruhan Mitsubishi menambah pasar ekspornya dari 30 negara menjadi 39 negara.
“Mereka (Mitsubishi) memberikan izin tambahan pasar ekspor ke sembilan negara. Mitsubishi sudah memberikan komitmen bahwa Australia akan menjadi salah satu negara yang masuk dalam list,” kata Agus melalui konferensi pers secara virtual dari Jepang, Rabu (10/3).
Australia merupakan pasar yang sangat penting bagi Indonesia. Apalagi Indonesia dan Australia sudah terikat perjanjian perdagangan bebas CEPA (Comprehensive Economic Partnership Agreement) yang sayang jika tidak dimanfaatkan.
Keinginan untuk mengekspor mobil ke Australia beberapa kali disampaikan oleh Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi. Dia menargetkan ekspor mobil ke Negeri Kangguru bisa mencapai 120 ribu unit per tahun atau 10% dari total pembelian mobil Australia yang mencapai 1,2 juta unit per tahun.
Peningkatan ekspor otomotif tersebut akan dilakukan dengan memanfaatkan perjanjian Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA).
Menurut Mendag selama ini Indonesia belum memanfaatkan perjanjian tersebut untuk mengekspor produk otomotif ke Australia. Adapun produk yang potensial untuk dijual ke Negeri Kanguru yaitu Mitsubishi Xpander dan Pajero, serta Toyota Innova dan Fortuner.
"Indonesia sekarang menikmati (tarif) 0% dari IA-CEPA. Kami bisa ekspor mobil ke sana," kata Lutfi beberapa waktu lalu, Kamis (25/2).
Produsen Otomotif Tambah Investasi
Selain berhasil melobi dalam memperluas pasar ekspor mobil, para produsen otomotif lainnya yang mengundang Agus juga bersedia menambah komitmen investasinya di tanah air. Seperti Mitsubishi yang akan menambah investasinya sebesar Rp 11,2 triliun.
Investasi ini untuk menambah kapasitas produksi dan juga mengembangkan mobil listrik. Mitsubishi berencana mengeluarkan dua varian baru Xpander yang sudah terelektrifikasi. Satu berjenis plug-in hybrid electric vehicle (PHEV), dan satu lagi antara hybrid atau PHEV namun khusus untuk ekspor.
Sementara itu Toyota menyampaikan komitmen untuk menambah investasi sebesar US$ 2 miliar atau sekitar Rp 28 triliun (asumsi kurs Rp 14.000 per dolar) hingga 2024.
Kemudian Suzuki Motor Corp berkomitmen menambah investasinya di Indonesia sebesar Rp 1,2 triliun yang akan menjadi basis pengembangan mobil Ertiga dan juga XL-7 untuk menjadi mild hybrid.
“Model-model itu akan dikembangkan menjadi produk ekspor untuk memenuhi pasar otomotif di negara-negara Asia dan Amerika Latin,” kata Agus.
Duta Besar Indonesia untuk Jepang merangkap Federasi Mikronesia Heri Akhmadi menyampaikan Suzuki memilih untuk mengembangkan mild hybrid karena mereka mempunyai teknologi yang disebut Integrated Starter Generator (ISG).
"Jadi teknologi ISG itu mampu melakukan penghematan bahan bakar hingga 15% dan mengurangi emisi 20%," ujar Heri.
Menurut Heri, Suzuki menjatuhkan pilihan mild hybrid karena segmen pasar kendaraan yang diproduksi yakni menengah ke bawah. Dengan pertimbangan itu, maka teknologi yang digunakan dinilai cocok untuk pasar Indonesia.
Honda Motor Company juga berkomitmen menambah investasinya sebesar Rp 5,2 triliun hingga 2024 dan akan merelokasi pabriknya dari India ke Indonesia. “Ini termasuk pengembangan model-model baru. Kami akan dorong terus kegiatan ekspansinya di Indonesia,” kata Agus.
Menperin memaparkan Honda selama ini mengekspor komponen otomotif yang sangat besar dari Indonesia. Hal tersebut menjadi bagian dari rantai pasok global produk otomotif global, yang diekspor dari Indonesia ke Thailand, Pakistan, India, Saudi Arabia, dan lima negara lainnya.
Selain itu Honda mengekspor kendaraan utuh atau completely built up (CBU) ke dua negara yakni Filipina dan Vietnam. "Ini model baru yang akan diekspor ke 31 negara ini hanya diproduksi di Indonesia," tukas Menperin.
Dalam pertemuan dengan Menperin, Honda juga berkomitmen menambah jumlah negara tujuan ekspor hingga 31 negera di Asia, Afrika, Amerika Utara, Amerika Tengah, dan Amerika Selatan.