Kemenperin Apresiasi Sagara Boots yang Mendunia, Pembeli Antri 4 Bulan
Indonesia merupakan negara pusat produksi alas kaki terbesar ke-4 dunia. Indonesia juga memiliki potensi menjadi produsen sepatu lokal yang mampu bersaing di level dunia, termasuk Sagara Boots dan Pijakbumi.
Kedua merk tersebut sudah membuktikan mampu merambah ke pasar global di tengah persaingan yang ketat.
Sagara Boots telah tembus menjadi sepatu boots kulit tier satu, yang setara dengan sepatu asal Jepang, Inggris, dan Amerika Serikat. Sedangkan, produk Pijakbumi telah diekspor ke 20 negara di dunia.
Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Kementerian Perindustrian Reni Yanita mengatakan, kedua industri kecil dan menengah (IKM) alas kaki tersebut telah membuktikan bahwa brand sepatu lokal semakin inovatif.
Mereka memiliki desain yang mengikuti selera pasar terkini, serta tetap memerhatikan produksi ramah lingkungan dan berkesinambungan.
Bahkan, mereka mampu melayani permintaan secara custom atau sesuai selera konsumen.
“Dengan kualitas yang terbaik, kami optimistis brand lokal bisa lebih keren dan punya nilai jual tinggi dibanding brand luar yang ada di retail besar,” kata Reni dalam keterangan resminya, Kamis (30/12).
Pendiri sekaligus pemilik Sagara Boots, Bagus Satrio mengungkapkan, semakin banyak media asing yang mengekspos kemampuan industri sepatu Indonesia dalam menghasilkan boots yang berkualitas, yang bisa bersaing dengan produk kelas dunia.
Ia mengatakan, dengan pemilihan bahan baku berkualitas tinggi, harga boots Sagara dijual dengan harga lebih tinggi dibandingkan produk Amerika, yakni berkisar Rp 6 juta per pasang.
Sagara Boots bisa menerima pesanan secara custom, dan seluruh produksi sepatunya dilakukan secara manual dengan tangan.
Tim Sagara pun menerapkan sistem daftar tunggu atau waiting list sampai empat bulan lantaran tenaga kerja yang terbatas dan pesanan yang semakin membludak.
“Dalam sebulan kami hanya bisa menghasilkan 40-60 pasang sepatu. Di luar negeri, Sagara Boots diminati karena handmade, custom, dan kualitas kulitnya tinggi,” kata Bagus.
Sedangkan Pijakbumi, merupakan brand sepatu asal Bandung yang berciri khas eco friendly dengan bahan dari kulit natural dan ekstrak tumbuhan, salah satunya adalah dari serbuk kayu.
Pijakbumi didirikan oleh Rowland Asfales dengan konsep orisinalitas desain, kearifan lokal, dan bahan material ramah lingkungan untuk mengurangi emisi karbon.
Dalam produksi dan pemasaran, seringkali Sagara Boots maupun Pijakbumi terkendala oleh akses bahan baku impor dan modal untuk ekspor.
Selain itu, Pijakbumi juga sedang berupaya mengkalkulasi bahan eco friendly sebagai bahan utama sepatunya, agar bisnisnya lebih berkelanjutan.
“Kami berharap ada cara untuk mengkalkulasi penggunaan bahan ramah lingkungan untuk perusahaan inovatif, dan bisa mendapatkan pengurangan pajak terkait pengolahan industri yang berkomitmen mengurangi emisi karbon,” kata Rowland.
Sebagai informasi, hingga kuartal III tahun 2021, total nilai ekspor alas kaki (kulit dan non-kulit) Indonesia mencapai US$ 4,3 miliar (Rp 61 triliun).
Sementara itu, total PDB industri kulit, barang dari kulit, dan alas kaki mencapai Rp 20 triliun atau tumbuh 7% (y-o-y) sampai pada kuartal III 2021.