Shrinkflation, Trik Diam-diam Produk Dunia di Tengah Inflasi Tinggi

Happy Fajrian
12 Juni 2022, 12:03
inflasi, shrinkflation
Arief Kamaludin | Katadata
Ilustrasi.

Inflasi mulai merangkak naik seiring pulihnya perekonomian dari dampak pandemi Covid-19. IMF memproyeksikan inflasi kelompok negara maju tahun ini naik dari 3,9% menjadi 5,7% dan dari 5,9% menjadi 8,7% untuk kelompok negara berkembang.

Seiring dengan inflasi tinggi akan muncul fenomena shrinkflation yang diam-diam terjadi di seluruh dunia. Shrinkflation adalah penyusutan yang terjadi pada produk konsumer, mulai dari tisu toilet, kopi, hingga sebungkus keripik kentang.

Di Amerika, sekotak tisu bermerek Kleenex berisi 60 lembar, dari sebelumnya 65 lembar. Di Inggris, Nestle mengurangi ukuran sekaleng kopi Nescafe Azera Americano dari 100 gram (gr) menjadi 90 gr. Di India, ukuran sabun batangan merek Vim menyusut dari 155 gr menjadi 135 gr.

Para ahli mengatakan bahwa shrinkflation bukan fenomena baru. Namun ini terjadi secara luas di saat inflasi tinggi karena perusahaan bergulat dengan kenaikan biaya bahan baku, pengemasan, hingga tenaga kerja dan transportasi.

“Ini datang dalam gelombang. Kita kebetulan berada dalam gelombang pasang shrinkflation karena tingginya inflasi,” kata advokat konsumen dan mantan asisten jaksa agung di Massachusetts, Edgar Dworsky, yang mendokumentasikan fenomena ini, seperti dikutip npr.org, Minggu (12/6).

Dia mulai memperhatikan penyusutan terjadi pada musim gugur tahun lalu. Berbagai produk mulai dari sekotak sereal, tisu toilet, hingga sebungkus kopi mengalami perampingan ukuran (downsizing).

“Produsen memilih shrinkflation karena mereka tahu konsumen akan memperhatikan dan bereaksi terhadap kenaikan harga, tapi tidak akan memperhatikan berat bersih atau detail kecil seperti jumlah lembar pada gulungan tisu toilet,” ujar Dworsky.

Selain itu perusahaan juga dapat menggunakan trik tertentu untuk mengalihkan perhatian konsumen dari perampingan, seperti menandai paket yang lebih kecil dengan label baru yang cerah dan menarik bagi pembeli.

Itulah yang terjadi pada Fritos, produk makanan ringan besutan Pepsi co, di mana sebungkus Fritos ukuran pesta (party size) yang dulunya memiliki berat bersih 18 ons, kini berkurang menjadi 15,5 ons, bahkan dengan harga yang lebih mahal.

Sama halnya dengan sebotol Gatorade, juga di bawah bendera Pepsi, yang menyusut dari sebelumnya berukuran 32 ons menjadi 28 ons dengan harga yang lebih mahal. Pepsi mengatakan bahwa penyusutan itu dilakukan dengan memodifikasi bagian tengah botol agar lebih mudah digenggam.

Namun Pepsi tidak menjawab saat ditanya kenapa harganya menjadi lebih mahal, juga Kimberly-Clark yang memproduksi Kleenex terkait dengan shrinkflation. Proctor & Gamble Co. juga tidak menjawab terkait perampingan sebotol kondisioner Pantene dari 12 ons menjadi 10,4 ons dengan harga yang sama US$ 3,99.

Namun tidak semua produsen tertutup atau melakukan shrinkflation secara diam-diam. Di Jepang, produsen makanan ringan Calbee Inc. mengumumkan pengurangan berat 10% dan kenaikan harga 10% untuk berbagai produknya pada Mei 2022. Mereka beralasan itu dilakukan di tengah tekanan harga bahan baku yang naik tajam.

Corporate Communications Dabur India, sebuah perusahaan perawatan diri dan makanan, Byas Anand mengatakan bahwa “down switching” istilah lain dari shrinkflation kebanyakan terjadi di daerah pedesaan di mana konsumen lebih sensitif terhadap perubahan harga.

“Di kota perusahaan cukup menaikkan harga. Perusahaan kami sudah melakukan itu secara terbuka sejak lama,” kata Anand.

Pelanggan yang memperhatikan fenomena shrinkflation biasanya berbagi di media sosial. Lainnya mengubah kebiasaan belanja mereka.

Meski demikian, terkadang tren bisa berbalik. Saat inflasi mereda, produsen untuk menurunkan harga atau memperkenalkan paket yang lebih besar demi memenangkan persaingan.

Tapi Dworsky mengatakan bahwa biasanya ketika suatu produk menjadi lebih kecil, sering kali akan tetap seperti itu untuk seterusnya. “Upsizing agak jarang terjadi,” ujarnya

Hitendra Chaturvedi, seorang profesor manajemen rantai pasokan di W.P. Arizona State University. Carey School of Business, mengatakan dia yakin banyak perusahaan yang berjuang dengan kekurangan tenaga kerja dan biaya bahan baku yang lebih tinggi.

Namun dalam beberapa kasus, shrinkflation membuat keuntungan perusahaan meningkat secara eksponensial. Dia merunjuk ke Mondelez International, yang mengecilkan ukuran batangan coklat Cadbury Dairy Milk di Inggris tanpa menurunkan harganya.

Pendapatan operasional perusahaan naik 21% pada tahun 2021, tetapi turun 15% pada kuartal pertama karena tekanan biaya tumbuh. Sebagai perbandingan, laba operasional PepsiCo naik 11% pada tahun 2021 dan 128% pada kuartal pertama.

“Saya tidak mengatakan mereka mencari untung, tapi baunya seperti itu. Apakah kita menggunakan kendala pasokan sebagai senjata untuk menghasilkan lebih banyak uang?” ujarnya.

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...