Harga Beras hingga Bawang Merah Melambung, Pedagang Tolak Kenaikan BBM
Sejumlah harga bahan pokok menunjukkan trend peningkatan sejak kenaikan harga bahan bakar minyak. Ikatan Pedagang Pasar Indonesia atau Ikappi akan menyatakan menyatakan menolak kenaikan harga BBM karena dilakukan saat daya beli masyarakat masih turun.
"Dampak kenaikan harga BBM untuk awal saja sudah terlihat sekali. Baru berapa hari naik, harga daging ayam di wilayah Singaparna sudah mulai naik, harga cabai di Tasikmalaya sudah naik," kata Ketua Bidang Penguatan Usaha dan Investasi Ikappi Ahmad Choirul Furqon dalam keterangan resmi, Selasa (6/9).
Berdasarkan pantauan Iknappi, harga bahan pokok di beberapa daerah melambung tinggi. bahan pokok tersebut diantaranya:
1. Cabai merah keriting : 90.000
2. Cabai Merah TW : 74.000
3. Cabai rawit merah : 70.000
4. Cabai rawit hijau : 55.000
5. Bawang merah : 40.000
6. Bawang putih : 35.000
7. Ayam : 42.000
8. Telur : 29.000
9. Daging : 149.000
Sementara berdasarkan data Badan Pangan Nasional atau Bapanas pada Selasa (6/9), harga beras, bawang merah, cabai, dan daging sapi secara khusus menunjukkan tren kenaikan harga sejak pengumuman kenaikan harga BBM pada 3 September 2022. Kenaikan rata-rata harga nasional tertinggi dialami oleh Cabai Keriting Merah yang naik 4,13% menjadi Rp 68.400 per kilogram (Kg).
Bapanas mendata rata-rata nasional harga daging sapi murni telah mencapai Rp 133.360 per kg atau telah naik 5,4% secara tahun berjalan. Harga di Pulau Kalimantan, Pulau Papua, mayoritas Pulau Sumatra, dan sebagian Pulau Sulawesi telah lebih tinggi 25% dari harga acuan pemerintah senilai Rp 105.000 per Kg.
Pada hari ini, harga daging sapi tertinggi ada di Kalimantan Utara atau senilai Rp 154.950 per Kg, sedangkan harga terendah ada di Bali atau hanya Rp 112.990 per Kg. Sementara itu, harga daging sapi di DKI Jakarta adalah Rp 141.950 per Kg.
Furqon mengatakan kenaikan harga BBM akan mendorong inflasi nasional ke rentang 6% - 8% pada tahun ini dari proyeksi awal sebesar 4%. Oleh karena itu, Furqon meminta pemerintah untuk menyelesaikan dampak kenaikan harga BBM ini secara holistik dan substantif.
Menurut Furqon, kebijakan bantuan langsung tunai yang akan digelontorkan pemerintah hanya berisfat sementara. "Kebijakan BLT dalam praktiknya hanya seperti menjadi obat bius sementara bagi masyarakat, setelah BLT selesai lantas apa solusi untuk masyarakat. angan sampai kebijakan kenaikan harga BBM ini hanya menguntungkan segelintir orang," kata Furqon.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) produksi beras nasional sepanjang 2019-2021 sekitar 31 juta ton. Adapun stok beras yang dimiliki Indonesia hingga April 2022 mencapai 10,2 juta ton.