Produksi TBS Sawit Anjlok, Dampak El Nino Lebih Parah dari Sebelumnya

Andi M. Arief
22 September 2023, 09:48
Pekerja mengangkut kelapa sawit hasil panen di Desa Pucok Lueng, Samatiga, Aceh Barat, Aceh, Sabtu (4/2/2023). Harga referensi produk minyak kelapa sawit (CPO) periode 1-15 Februari 2023 sebesar 879,31 dolar AS/MT yaitu turun 41,26 dolar AS dari periode s
ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas/nym.
Pekerja mengangkut kelapa sawit hasil panen di Desa Pucok Lueng, Samatiga, Aceh Barat, Aceh, Sabtu (4/2/2023). Harga referensi produk minyak kelapa sawit (CPO) periode 1-15 Februari 2023 sebesar 879,31 dolar AS/MT yaitu turun 41,26 dolar AS dari periode sebelumnya sebesar 920,57 dolar AS/MT akibat penurunan permintaan dari India dan Tiongkok serta imbas dari penguatan kurs ringgit Malaysia terhadap dolar AS.

Petani sawit meramalkan produksi Tandan Buah Segar atau TBS sawit akan susut mencapai 12% secara nasional tahun ini. Pendorong utama penurunan produksi tersebut diduga disebabkan oleh El Nino.

Ketua Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia atau Apkasindo, Gulat Manurung, mengatakan penurunan produksi TBS sawit sebesar 12% berasal dari kebun petani dan kebun korporasi. Namun, penurunan produksi lebih banyak disumbang oleh sawit yang berasal dari kebun petani. 

Gulat memperkirakan produksi TBS dari kebun petani akan anjlok hingga 30% sampai akhir tahun ini. Penurunan tersebut akan berdampak pada total produksi karena kebun sawit milik petani berkontribusi hingga 42% dari total lahan sawit di dalam negeri.

"Saya memprediksi produktivitas TBS petani sawit akan anjlok hingga 30% sampai akhir tahun ini dan akan berlanjut sampai pertengahan 2024," kata Ketua Gulat Manurung kepada Katadata.co.id, Jumat (22/9).

Dampak El Nino Lebih Parah

Penurunan produksi TBS sawit tersebut akan berdampak pada melemahnya produksi minyak sawit mentah atau CPO. Produksi CPO akan lebih rendah 25% dari perkiraan di awal tahun. Menurutnya, kontribusi CPO petani akan sama dengan periode 2020-2021.

Gulat mencatat El Nino mulai terjadi di dalam negeri sejak April-Mei 2023 dan memuncak pada Agustus-Oktober 2023. El Nino berdampak pada produksi tahun ini karena cuaca kering akan membuat buah sawit lebih ringan dan mengurangi rendemen saat diolah menjadi CPO.

Dampak El Nino pada produksi CPO biasanya terlihat 12-24 bulan kemudian. Namun Gulat menilai dampak El Nino tahun ini berpotensi terlihat lebih cepat yaitu delapan bulan kemudian, yaitu Februari-April 2024.

Hal tersebut disebabkan oleh pengurangan pemupukan yang terjadi sejak pertengahan 2022. Gulat menilai minimnya pemupukan sejak 12 bulan terakhir disebabkan oleh melonjaknya harga pupuk di pasar domestik.

Gulat meramalkan dampak El Nino benar-benar terlihat pada awal 2024 karena buah yang akan dipanen pada masa tersebut baru terbentuk saat anomali cuaca tersebut menyerang pada tahun ini.

"Buah biasanya lebih ringan atau kuantitasnya menurun dan rendemen atau kualitas TBS menurun," ujar Gulat.

Maka dari itu, Gulat menilai dampak El Nino pada tahun ini akan lebih berat dari El Nino sebelumnya pada 2015-2016. Gulat mencatat penurunan produksi pada periode tersebut hanya mencapai 16%.

Oleh karena itu, Gulat mengatakan dampak El Nino pada tahun ini akan membuat harga seluruh minyak nabati di pasar global meningkat tajam. Sebab, pasokan minyak nabati akan susut karena penurunan produksi.

"Tentu ini mempengaruhi kondisi ekonomi secara global. Biasanya, negara-negara pengimpor minyak nabati akan pasang strategi dengan meningkatkan cadangan negaranya masing-masing," katanya.

Reporter: Andi M. Arief

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...