Daya Beli Lesu: Harga Telur hingga Daging Sapi Turun Sepanjang Bulan Ini
Badan Pangan Nasional atau Bapanas mencatat, rata-rata sejumlah harga pangan turun sepanjang bulan ini. Penurunan harga terjadi pada beras, kedelai, daging sapi, dan telur ayam.
Berdasarkan data Bapanas, rata-rata nasional daging ayam turun Rp 190 per kilogram dalam 18 terakhir menjadi Rp 36.100 per kg per hari ini, Senin (18/11). Sementara itu, harga beras premium dan beras medium stabil cenderung melemah menjadi masing-masing Rp 15.430 per kg dan Rp 13.840 per kg.
Pada periode yang sama, Beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan berfluktuasi dijual pada harga Rp 12.530 dan Rp 12.560 per kg. Beras SPHP adalah beras yang disubsidi pemerintah melalui Perum Bulog.
Bapanas juga mencatat, rata-rata harga telur ayam turun Rp 80 per kilogram menjadi Rp 28.390 per kilogram. Sementara itu, terjadi harga daging sapi turun mencapai Rp 650 per kg menjadi Rp 134.190 per kg.
Asosiasi Peternak Layer Nasional atau APLN menilai rata-rata harga telur ayam di pasar tidak menggambarkan kondisi peternak. Harga telur ayam yang dinikmati peternak ayam petelur kini hanya sekitar Rp 23.500 per kilogram selama tiga bulan terakhir.
"Walau demikian, kondisi peternak ayam petelur saat ini masih aman karena harga jagung di tingkat peternak masih di rentang Rp 4.800 sampai Rp 5000 per kilogram," kata Ketua Umum APLN Ki Musbar Mesdi kepada Katadata.co.id, Senin (18/11).
Bapanas mendata rata-rata nasional harga jagung mencapai Rp 5.999 per kg hari ini, Senin (18/11). Namun rata-rata harga jagung pada kawasan daerah produsen telur di Pulau Jawa senilai Rp 5.347 per kg.
Ki Musbar menyampaikan peternak terancam menjual rugi hasil produksinya jika harga harga jagung di tingkat peternak lebih dari Rp 5.500 per kg. Sebab, peternak ayam petelur kini tidak bisa menaikkan harga jualnya mengingat daya beli konsumen yang belum pulih.
Bank Indonesia mendata Indeks Keyakinan Konsumen atau IKK susut dari Agustus 2024 senilai 123,5 menjadi 121,1 pada Oktober 2024. Untuk diketahui, IKK data yang mencerminkan keyakinan konsumen lokal mengenai kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasi masa depan.
"Harga telur kami hampir di atas harga pokok produksi, karena daya beli masyarakat saat ini tidak ada. Daya beli untuk masyarakat kelas menengah atas stabil, tapi mayoritas konsumen telur ayam adalah kelas menengah bawah yang daya belinya turun," katanya.
Karena itu, Ki Musbar berencana untuk terus mengamati pergerakan harga telur di tingkat konsumen setiap minggu sampai akhir tahun ini.