Sektor Minerba dan Migas Masih Dominasi Investasi Program Hilirisasi

Andi M. Arief
30 Januari 2025, 15:50
minerba, batu bara, mineral, migas
ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/foc.
Ilustrasi.

Ringkasan

  • Investasi hilirisasi sektor mineral, batu bara, minyak, dan gas mencapai 91,7% dari total program hilirisasi, dengan nilai mencapai Rp 9.067 triliun.
  • Investasi di sektor minerba dan migas diproyeksikan menyerap 2,06 juta tenaga kerja selama 15 tahun ke depan, dengan investasi per tenaga kerja mencapai sekitar Rp 4,39 miliar.
  • Program hilirisasi bertujuan mengubah tren ekspor Indonesia dari barang mentah menjadi barang jadi, serta mendukung peningkatan kontribusi energi baru terbarukan ke portofolio energi nasional.
! Ringkasan ini dihasilkan dengan menggunakan AI
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Bahlil Lahadalia menghitung kontribusi investasi hilirisasi sektor mineral, batu bara, minyak, dan gas mencapai 91,7% dari seluruh program hilirisasi. Nilai investasi keempat sektor ini mencapai US$ 566,7 miliar atau sekitar Rp 9.067 triliun.

Bahlil memaparkan, investasi ke sektor minerba ditaksir mencapai US$ 498,4 miliar, sedangkan ke sektor migas mencapai US$ 68,3 miliar. Kedua sektor ini diramalkan menyerap 2,06 juta tenaga kerja selama 15 tahun ke depan atau 137.584 tenaga kerja per tahun.

Dengan demikian, menurut Bahlil, investasi per tenaga kerja pada sektor minerba dan migas mencapai US$ 274.595 atau sekitar Rp 4,39 miliar. "Dengan demikian, penciptaan lapangan kerja berkualitas di dalam negeri naik. Upah minimum penting, tapi pendapatan per kapita nasional tidak akan mencapai US$ 10.000 kalau berhadap pada kenaikan upah minimum," kata Bahlil dalam BeritaSatu Outlook 2025, Kamis (30/1).

Bahlil memaparkan, kontribusi seluruh investasi pada hilirisasi minerba dan migas ke perekonomian nasional akan mencapai US$ 209 miliar pada 2040. Nilai ekspor pada tahun yang sama diproyeksi mencapai US$ 743 miliar.

Bahlil menekankan, program hilirisasi menjadi penting untuk mengubah tren ekspor nasional dari barang mentah menjadi barang jadi. Program hilirisasi akan mendukung peningkatan kontribusi energi baru terbarukan ke portofolio energi nasional.

Ia mencatat, kontribusi EBT ke total produksi energi pada tahun lalu baru mencapai 14% atau di bawah target pemerintah sebesar 23%.

Bahlil menekankan, penggunaan EBT pada akhirnya hanya dapat digunakan oleh sektor manufaktur. Peningkatan produk manufaktur yang menggunakan EBT masih dapat diserap oleh pasar global.

"Kalau EBT digunakan untuk kepentingan rumah tangga, saya pastikan akan terjadi over-cost. Kelebihan biaya tersebut akhirnya akan dibebankan langsung ke masyarakat atau melalui subsidi pemerintah," katanya.

Bahlil yang juga menjabat sebagai Ketua Satuan Tugas Percepatan Hilirisasi dan Ketahanan Energi nasional sebelumnya menetapkan empat sektor lain yang akan menjadi fokus program hilirisasi, yakni pertanian, kehutanan, kelautan, dan perikanan.

Hilirisasi sektor-sektor itu bertujuan memperkuat ketahanan energi nasional dan mendukung pertumbuhan ekonomi berkelanjutan. Keputusan Presiden Nomor 1 Tahun 2025 tentang Satuan Tugas Percepatan Hilirisasi dan Ketahanan Energi Nasional menekankan, hilirisasi sebagai langkah strategis untuk meningkatkan investasi dan menciptakan nilai tambah di dalam negeri.

"Kami sudah merumuskan langkah-langkah strategis untuk menjalankan perintah Presiden Prabowo dalam rangka meningkatkan investasi dan hilirisasi. Kementerian ESDM akan menjadi posko untuk kami bekerja kurang lebih lima tahun sampai dengan menunggu arahan selanjutnya dari Presiden," kata Bahlil dalam siaran pers, dikutip Senin (20/1).

Satgas Hilirisasi juga berkomitmen memastikan implementasi kebijakan hilirisasi bermanfaat langsung bagi masyarakat, termasuk penciptaan lapangan kerja dan peningkatan kesejahteraan. "Nilai tambahnya harus betul-betul dirasakan di Indonesia," ujar Bahlil.

ESDM menyebut, Satgas akan melaporkan perkembangan pelaksanaan tugas kepada Presiden setiap enam bulan atau sewaktu-waktu jika diperlukan. Langkah ini diharapkan pemerintah agar dapat mempercepat realisasi hilirisasi dan mewujudkan keadilan energi di seluruh Indonesia.

Dia mengatakan, keterlibatan institusi keuangan domestik dapat menjadi peluang besar untuk memperkuat sektor keuangan nasional sekaligus mendorong kemandirian ekonomi. Satgas  memetakan peluang strategis di sektor energi untuk melibatkan lebih banyak pelaku industri dalam negeri.  

Salah satu fokus utama adalah mempercepat penggunaan biodiesel berbasis crude palm oil (CPO). "Saat ini sudah mencapai B40, dan pada 2026 ditargetkan meningkat menjadi B50 sesuai arahan Presiden," katanya.

Reporter: Andi M. Arief
Editor: Agustiyanti

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...