Menilik Penyebab Kasus Kematian Virus Corona di AS Terbanyak di Dunia

Sorta Tobing
13 April 2020, 16:32
kematian terbanyak covid-19, update virus corona AS 13 April 2020, virus corona Amerika, virus korona, covid-19, jumlah korban meninggal virus corona
ANTARA FOTO/REUTERS/Brendan Mcdermid wsj/dj
Ilustrasi. Amerika Serikat per Senin (13/4) mencatat jumlah kematian karena virus corona terbanyak di dunia, yaitu 22.108 kasus.

(Baca: Menginfeksi Sejak Desember 2019, Covid-19 Telah Bermutasi Jadi 3 Tipe)

Selain itu, Trump juga dianggap bertanggungjawab atas pelemahan sistem kesehatan masyarakat di negaranya. Ia membubarkan unit penanganan pademi dari Dewan Keamanan Nasional AS pada 2018, hingga memangkas anggaran tim CDC di 39 negara, termasuk Tiongkok.

 “Ini adalah krisis yang mengerikan dan kegagalan luar biasa Presiden Donald Trump. Orang AS menderita dan sekarat karena pemerintah yang gagal bertindak cepat dan tegas untuk mencegah penyebaran virus,” kata Sachs.

Tes Covid-19 di AS Terlalu Tersentralisasi

AS adalah salah satu negara yang juga berupaya menjalankan tes virus corona kepada masyarakatnya. Namun, dilansir dari Vox.com, tes di negara itu terlalu dipusatkan kepada CDC. Sementara laboratorium independen tidak diizinkan melakukan tes sendiri.

Misalnya, pada 25 Maret lalu Trump menolak langsung rencana proyek tes yang hendak dilakukan oleh Seattle's Flu Study. “Kami bisa membantu, tetapi kami tidak bisa melakukan apa pun,” kata Helen Chu, pemimpin proyek tersebut.

Laboratorium independen yang hendak melakukan proyek tes virus corona secara mandiri harus melalui proses birokrasi yang rumit. Menurut aturan CDC, setidaknya mereka harus mengantongi izin dari Badan Administrasi Makanan dan Obat-Obatan (FDA) dan Pusat Pelayanan Medis AS (CMS). Pengurusan izin tersebut bisa memakan waktu berbulan-bulan.

(Baca: Universitas Oxford Targetkan Vaksin Corona Tersedia Bulan September)

Selain itu, AS juga sempat menerapkan aturan ketat perihal pelaksanaan tes. Dalam aturan itu, hanya masyarakat dengan riwayat perjalanan ke Tiongkok yang diperbolehkan menerima tes. Sementara tes tidak diberikan kepada warga yang pulang dari negara lain yang juga menjadi episentrum penyebaran virus corona, seperti Korea Selatan, Italia, dan Iran.

Pada 29 Januari lalu, lembaga-lembaga penelitian berinisiatif memutuskan untuk berhenti menunggu CDC dan melakukan tes secara mendiri. Awalnya, CDC dan FDA memerintahkan pemberhentian. Namun, karena tes-tes independen tersebut menghasilkan lebih banyak temuan kasus infeksi virus corona di AS, aturan pun dilonggarkan.

Laboratorium independen diperbolehkan menjalankan tes sendiri pada Maret lalu. Namun, masih dengan syarat harus membuat laporan validasi kepada FDA.

Dilansir dari The Guardian, AS juga memiliki tingkat kemampuan tes virus corona lebih rendah ketimbang Korea Selatan. Hingga bulan Maret, AS baru menjalankan tes terhadap 11 ribu orang, sementara Korea Selatan melakukan tes 15 ribu orang setiap harinya.

(Baca: Imbas Corona, Beli Bahan Pokok di Amazon Harus Antre dan Dibatasi)

Penulis: Nobertus Mario Baskoro (Magang)

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...