Lima Tokoh Dunia Angkat Bicara soal Isu Perubahan Iklim di Davos

Hari Widowati
23 Januari 2020, 12:37
world economic forum (WEF) 2020, Davos, perubahan iklim, pemanasan global, emisi karbon, Greta Thunberg, Imran Khan, Pangeran Charles, cuaca ekstrem, bencana alam
ANTARA FOTO/REUTERS/Denis Balibouse
Isu lingkungan hidup menjadi salah satu fokus dalam pertemuan tahunan World Economic Forum (WEF) 2020 di Davos, Swiss.

Pangeran Charles dalam pidatonya di WEF, Rabu (22/1), memperkenalkan "Sustainable Markets Initiative". Ia mendesak para pemimpin dunia bergerak untuk menata pasar dan menempatkan masyarakat serta bumi sebagai fokus dari semua tindakan di dunia. "Kontribusi alam terhadap perekonomian dunia diprediksi mencapai US$ 125 triliun setiap tahun. Faktanya, alam adalah darah dari pasar finansial," kata Pangeran Charles. Oleh karena itu, ia meminta perekonomian dunia berjalan harmonis dengan lingkungan hidup.

3. Perdana Menteri Pakistan Imran Khan

Dalam pidatonya di WEF 2020, Perdana Menteri Pakistan Imran Khan menegaskan pentingnya perlindungan terhadap lingkungan hidup. Pada Agustus 2017, Pakistan sukses menanam satu miliar pohon di Khyber Pakhtunkhwa, kawasan yang sempat kehilangan sebagian besar hutannya akibat banjir besar pada 2016.

Proyek yang bernama Billion Tree Tsunami itu dilaksanakan di lahan seluas 350 ribu hektare (ha). Penanaman kembali diharapkan bisa memulihkan hutan-hutan yang hilang dan memerangi dampak perubahan iklim. Pakistan adalah satu dari enam negara yang diprediksi paling terdampak oleh pemanasan global menurut riset PBB.

"Yang saya cintai dari Pakistan adalah alam liar dan pegunungan-pegunungannya. Seiring waktu, keindahan alam menghilang karena ulah manusia yang menghancurkan hutan," ujarnya. Untuk mempertahankan keindahan Pakistan, Imran Khan akan mengkampanyekan penanaman 10 miliar pohon di negaranya.

(Baca: Bank Dunia: Kerugian Kebakaran Hutan di Indonesia Rp 72,9 Triliun)

4. Mark Carney

Mantan gubernur bank sentral Inggris, Mark Carney, hadir di pertemuan tahunan WEF kali ini sebagai utusan khusus PBB untuk aksi penanganan iklim dan pembiayaannya. Dalam sesi diskusi berjudul "Solving the Green Growth Equation" Carney mengungkapkan, perusahaan-perusahaan dunia bakal wajib mengikuti standar akuntansi yang memasukkan indikator-indikator pengurangan emisi karbon. Hal ini menjadi bagian dari KPI (key performance indicators) perusahaan-perusahaan global yang akan dibahas dalam Konferensi Tingkat Tinggi PBB mengenai Iklim (COP26) yang diselenggarakan di Glasgow, Rusia pada November 2020.

Carney mengatakan, para investor membutuhkan informasi mengenai transisi energi dari energi fosil ke energi yang lebih ramah lingkungan. Dengan demikian, mereka bisa mengalihkan aset-asetnya ke perusahaan yang memiliki emisi karbon rendah.

"Dua-pertiga pertanyaan yang muncul di dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) adalah mengenai rencana perusahaan untuk mengurangi emisi karbon," ujar Carney. Para investor sadar hal ini tidak bisa dilakukan dalam waktu singkat, sehingga mereka meminta manajemen perusahaan untuk menyiapkan strategi untuk menghadapi isu tersebut.

(Baca: Desakan Transisi Energi Nonfosil Global dan Implikasinya ke Indonesia)

5. Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen

Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, mengatakan strategi pertumbuhan baru Uni Eropa saat ini mengacu pada The European Green Deal. Berdasarkan kesepakatan tersebut, Eropa akan menjadi benua pertama yang netral secara iklim pada 2050. Ia juga mendesak negara-negara di dunia untuk mengembangkan level permainan yang sama, memastikan tidak ada lagi karbondioksida yang diimpor dari negara manapun.

Ia juga meminta Tiongkok dan Amerika Serikat (AS) membuat harga acuan dan sistem perdagangan karbon. "Ini adalah contoh kerangka kerja internasional yang kita butuhkan saat ini," ujarnya.

(Baca: Punya Hutan Luas, RI Bisa Raup Rp 350 Triliun Dari Perdagangan Karbon)

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...