Sejarah Resesi Ekonomi AS yang Tak Kalah Buruk dari Era Corona

Image title
20 Juli 2020, 19:13
Ilustrasi. Amerika Serikat (AS) pernah berkali-kali diterpa resesi ekonomi sebelum pandemi virus corona. Namun, sejarah juga mencatat negara ini selalu dapat bangkit.
123RF.com/alphaspirit
Ilustrasi. Amerika Serikat (AS) pernah berkali-kali diterpa resesi ekonomi sebelum pandemi virus corona. Namun, sejarah juga mencatat negara ini selalu dapat bangkit.

Resesi Dot-com

Resesi ini terjadi selama delapan bulan antara Maret 2000-November 2001 setelah gelembung dot-com meledak. PDB AS terkontraksi 0,6% dan tingkat pengangguran mencapai 5,5%. Mula resesi ini adalah Nasdaq kehilangan 75% nilainya yang mengakibatkan satu generasi investor teknologi tersapu.

Kejadian tersebut menyebabkan pasar saham menjadi rentan. Kondisi kian memburuk ketika terjadi serangan 9/11 serta serangkaian skandal perusahaan akuntansi besar seperti Enron. The S&P 500 kehilangan 43% nilai sahamnya antara 2000 sampai 2002 akibat kejadian ini. Sementara Nasdaq sampai 2015 tak bisa mengembalikan nilai sahamnya.

(Baca: Jokowi Desak Lagi Percepat Belanja Pemerintah, Prosedur Disederhanakan)

Resesi Perang Teluk

Seperti namanya, resesi ini terjadi selama Perang Teluk pada 1990. Selama delapan bulan ekonomi AS tersuruk dengan PDB terkontraksi 1,1% dan tingkat penganggurannya sebesar 7%. Penyebabnya adalah The Fed menurunkan suku bunga secara bertahap untuk menekan inflasi.  

Langkah The Fed tersebut membuat perekonomian melambat. Ekonomi pun semakin terpuruk setelah Irak menginvasi Kuwait pada musim panas 1990 dan AS turut terlibat di dalamnya. Akibat lainnya adalah harga minyak dunia melonjak lebih dari dua kali lipat.

(Baca: Kekurangan Tenaga Kerja, Produksi Sawit Malaysia Terancam Anjlok 25% )

Resesi Reagan

Dinamai seperti itu karena terjadi di era Presiden Ronald Reagan. Dalam periode resesi ini ekonomi AS tersuruk dua kali. Pertama pada semester pertama 1980. Kedua selama 16 bulan dari Juli 1981 sampai 1982. Penyebabnya adalah The Fed menaikkan suku Bungan untuk menekan laju inflasi. Bisnis AS pun melambat. Ditambah lagi kebijakan embargo minyak Iran yang membuat pasokan minyak AS berkurang dan meningkatkan harganya.

Tercatat untuk 12 kuartal PDB AS di angka negatif dengan paling dalam pada kuartal II 1980, yakni minus 8%. Sampai resesi 2007-2009, PDB di kuartal tersebut adalah yang terendah. Tingkat pengangguran di AS pun melonjak mencapai 10,8% pada November dan Desember 1982. Hanya bisa disaingi oleh tingkat pengangguran di masa pandemi corona. Untuk mengatasi resesi ini, Reagan menurunkan rasio pajak dan menambah anggaran pertahanan.   

(Baca: Menilik 5 Provinsi dengan Penanganan Corona Terbaik Versi Jokowi)

Resesi 1973-1975

Resesi ekonomi pada periode ini berlangsung selama 16 bulan dari November 1973 sampai maret 1975. Pemerintah AS menyalahkan embargo minyak oleh Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) sebagai penyebabnya. Namun, sebenarnya ada dua faktor lain yang turut menyebabkannya.

Faktor pertama adalah Presiden Nixon membuat kebijakan kontrol harga upah. Kebijakan ini menyebabkan harga barang melambung dan menurunkan permintaan. Tingkat upah yang tinggi juga membuat pelaku bisnis melakukan PHK massal. Kedua, AS melepaskan standar emas dan menyebabkan inflasi tak terkontrol.

AS pun dalam periode ini mengalami stagflasi dan pertumbuhan ekonomi negatif selama lima kuartal. Tercatat paling dalam pada kuartal I 1975, yakni minus 4,8%. Tingkat pengangguran pun melonjak dua tahun setelah resesi pada Mei 1975 sebesar 9%.

Depresi Besar

Depresi Besar adalah resesi paling buruk dalam sejarah AS. Resesi ini berjalan selama 9 tahun dari 1929 sampai 1938. Tingkat pengangguran AS pada 1933 mencapai 25% dan tetap di angka 19% pada 1938. Resesi ini berakhir karena tiga hal: kebijakan ekonomi New Deal yang dikeluarkan Presiden Roosevelt, berakhirnya kekeringan panjang yang menyebabkan bencana alam bernama Dust Bowl, dan peningkatan pengeluaran untuk Perang Dunia II.  

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami