Tiga Skenario Dunia Bebas dari Pandemi Corona, Paling Lambat 2023

Yuliawati
Oleh Yuliawati
22 September 2020, 18:36
pandemi corona, virus corona, covid-19, skenario berakhirnya pandemi
ANTARA FOTO/REUTERS/Molly Darlington/hp/cf
Seorang perempuan berjalan melewati tanda pembatasan sosial untuk membatasi penyebaran penyakit virus korona (COVID-19) di Manchester, Britain, Selasa (4/8/2020).

Bila nantinya beberapa negara telah mencapai herd immunity¸tetapi kantong endemik Covid-19 kemungkinan besar masih ada di seluruh dunia. Misalnya pada daerah yang terkena dampak perang atau komunitas dengan tingkat injeksi vaksin yang rendah.

Pada wilayah tersebut, Covid-19 akan dianalogikan sebagai penyakit campak, bukan ancaman sehari-hari tetapi selalu hadir risiko penyakit. Apabila vaksin tidak diinjeksi sepenuhnya, maka Covid-19 dapat menjadi endemik yang lebih luas.

Selain faktor ketersediaan vaksin untuk mencapai herd immunity, McKinsey menulis bahwa transisi kehidupan normal dapat dipertimbangkan. Syaratnya bila orang dapat melakukan aktivitas secara normal tanpa khawatir potensi membahayakan diri sendiri maupun orang lain. Transisi kehidupan normal diterapkan bila tingkat kematian tidak lagi lebih tinggi dari rata-rata historis suatu negara.

Maka dari itu, McKinsey menyarankan langkah-langkah bagi negara untuk dapat segera melakukan transisi ke kehidupan normal. Antara lain, peningkatan testing dan tracing, patuh pada langkah kesehatan hingga mencapai herd immunity, testing yang cepat, akurat, dan dapat diakses secara luas. Selain itu, pemerintah perlu meningkatkan penanganan pasien lewat obat maupun terapi.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat ada 198 kandidat vaksin virus corona hingga Rabu (9/9). Jumlah tersebut meningkat dibandingkan awal bulan lalu yang sebanyak 188 kandidat.

Perinciannya, sebanyak 142 vaksin masih dalam tahap pra-klinis atau masih diuji coba ke hewan. Kemudian, ada 29 vaksin pada fase I, 18 vaksin pada fase II, dan sembilan vaksin pada fase III. Perbedaan pada fase I-III adalah jumlah orang yang diuji coba dengan vaksin tersebut. Berikut grafik Databoks:




WHO mengajak negara-negara kaya untuk mendukung penyebaran vaksin global sehingga dapat diakses oleh negara-negara yang miskin. WHO bersama aliansi vaksin global Gavi dan Koalisi untuk Inovasi Kesiapsiagaan Epidemi (CEPI) membuat mekanisme yang bertujuan untuk memastikan distribusi vaksin secara adil di masa depan.

Mekanisme yang dikenal dengan Covax, berupaya mengumpulkan dana untuk 92 negara miskin yang sebelumnya telah mendaftar. Lebih dari 60 negara kaya mendukung gerakan tersebut, namun tak ada Tiongkok dan Amerika Serikat.

Penyumbang bahan: Agatha Lintang

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...