Konflik Israel-Palestina Terus Memanas, Apa Pemicunya?

Sorta Tobing
13 Mei 2021, 15:27
Ammar Awad Seorang pria Palestina berdoa ketika polisi Israel berkumpul selama bentrokan di kompleks yang menampung Masjid Al-Aq yang dikenal oleh muslim sebagai Suaka Mulia dan kepada orang Yahudi sebagai Temple Mount, di tengah ketegangan atas kemungki
ANTARA FOTO/REUTERS/Ammar Awad/AWW/sa.
Seorang pria Palestina berdoa ketika polisi Israel berkumpul selama bentrokan di kompleks Masjid Al Aqsa, Jumat (7/5).

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengecam kekerasan di kota-kota Israel dan memerintahkan polisi untuk mengadopsi kekuatan darurat. “Tidak ada yang membenarkan hukuman mati terhadap orang Yahudi oleh orang Arab dan tidak ada yang membenarkan hukuman mati terhadap orang Arab oleh orang Yahudi," katanya.

ISRAEL-PALESTINIANS/JERUSALEM
Konflik Israel-Palestina. (ANTARA FOTO/REUTERS/Ammar Awad/PRAS/dj)

Mengapa Sheikh Jarrah Jadi Rebutan?

Selama bertahun-tahun, Israel berusaha mengeluarkan tujuh keluarga Palestina dari rumah mereka di Yerusalem Timur. Organisasi nasionalis Israel bernama Nahalat Shimon menggunakan undang-undang 1970 dalam perebutan wilayah itu.

Aturan itu menyebut, pemilik tanah sebelum 1948 (tahun pembentukan negara Israel) adalah keluarga Yahudi. Artinya, penghuni Palestina di kota itu harus digurus dan properti mereka wajib diberikan ke Israel. 

Warga Palestina berpendapat undang-undang tersebut tidak adil. Mereka tidak memiliki sarana hukum untuk mengklaim kembali propertinya.

Mahkamah Agung Israel seharusnya mendengarkan banding kasus Sheik Jarrah pada 10 Mei lalu. Namun, Kejaksaan Agung meminta penundaan. 

Pertarungan hukum atas rumah-rumah di Sheikh Jarrah telah memicu kembali perdebatan siapa yang berhak mengklaim kota itu, situs-situs suci, dan sejarahnya. Di kota ini terdapat makam imam agung Yahudi, yaitu Shimon Hatzadik atau Simeon yang Agung.

ISRAEL-PALESTINIANS/JERUSALEM
Konflik Israel-Palestina. (ANTARA FOTO/REUTERS/Ammar/FOC/sa.)

Mengapa Yerusalem Timur Jadi Isu Sensitif?

Yerusalem selalu menjadi bagian paling sensitif dari konflik Israel-Palestina. Perubahan kecil pada situasi yang sulit dapat memicu protes besar-besaran. Suara ekstremis sering kali hadir di tengah konflik tersebut.

Dua dekade sejak negara Israel berdiri, kota Yerusalem terpecah belah. Di sisi timur dikuasai Yordania. Bagian baratnya milik Israel dan menjadi Ibu kotanya. 

Lalu, ada Kota Tua yang menjadi tempat suci agama Kristen karena terdapat tempat Yesus dimakamkan. Di sini pula terdapat Masjid Al Aqsa tempat Nabi Muhammad melakukan perjalanan malamnya. Umat Yahudi juga percaya di masjid inilah tempat berdirinya Bait Suci. 

Selama Perang Enam Hari 1967, Israel merebut Yerusalem Timur dan menempatkan seluruh kota di bawah kendalinya. Israel juga merebut Tepi Barat, Dataran Tinggi Golan, dan Semenanjung Sinai. Wilayah yang terakhir ini kemudian dikembalikan ke Mesir di bawah perjanjian damai 1979.

Melansir dari BBC,  Israel mengakui seluruh Yerusalem sebagai ibu kotanya. Sedangkan Palestina menyatakan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya di masa depan. Amerika Serikat adalah salah satu dari segelintir negara yang mengakui klaim Israel atas seluruh wilayah kota tersebut.

Untuk mengukuhkan keberadaannya, selama lima dekade terakhir, Israel terus membangun pemukiman di daerah itu. Kini jumlah penghuninya mencapai 600 ribu warga Yahudi. Palestina menyebut pembangunan itu melanggar hukum internasional dan menghambat upaya perundingan damai.

 
 

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...