Israel Serang Palestina, Bagaimana Awal Mula Konfliknya?

Safrezi Fitra
20 Mei 2021, 13:41
palestina, save palestine, israel, konflik palestina-israel, sejarah palestina, sejarah israel, yahudi, masjidil aqsa, perang
ANTARA FOTO/Jojon/rwa.
Seorang anak mengibarkan bendera Palestina di Masjid Raudhatul Jannah saat aksi solidaritas donasi untuk Palestina, Kendari, Sulawesi Tenggara, Rabu (19/5/2021). Aksi penggalangan dana tersebut akan disumbangkan ke masyarakat Palestina sebagai bentuk dukungan kebebasan Palestina.

Perang Arab-Israel

Yerusalem titik lokasi konfrontasi antara orang Yahudi dan Arab selama kurang lebih seabad dan menjadi salah satu kota yang diperebutkan. Hingga 1948, penyebutan Palestina biasanya mengacu pada wilayah geografis yang terletak di antara Laut Mediterania dan Sungai Yordan.

Orang Arab menyebut masyarakat di wilayah itu sebagai orang Palestina sejak awal abad ke-20. Inggris sempat menguasai daerah tersebut setelah Kekaisaran Ottoman kalah dalam Perang Dunia I.

Kemudian, tanah itu dihuni oleh minoritas Yahudi dan mayoritas Arab. Setelah lebih dari dua dekade pemerintahan Inggris,

Pada 1947, PBB mengusulkan membagi wilayah yang diperebutkan menjadi tiga bagian; satu untuk orang Yahudi, satu untuk orang Arab, dan satu lagi perwalian internasional di Yerusalem dengan status khusus.

Orang-orang Arab tidak menerima kesepakatan itu dan mengatakan PBB tidak punya hak untuk mengambil tanah mereka. Perang pun pecah. Pada 1949, Inggris menarik diri dari Palestina dan Israel mendeklarasikan dirinya sebagai negara merdeka.

Perang Arab-Israel membuat 700.000 warga Palestina meninggalkan rumah mereka. Ini menjadi eksodus massal yang dikenal sebagai ‘Nakba‘, bahasa Arab untuk ‘malapetaka’.

Narasi Palestina mengatakan Zionis, yang mendukung pembentukan kembali tanah air Yahudi di Israel, mulai memaksa orang-orang keluar dari rumah mereka. Sedangkan versi Israel, ada pemimpin Arab yang mendorong orang-orang untuk pergi dan beberapa orang Arab pergi secara sukarela.

Rangkaian Kesepakatan Belum Bisa Mendamaikan

Setelah bertahun-tahun konflik yang diwarnai kekerasan, kedua belah pihak mencapai kesepakatan pada 1993. Palestina mengakui negara Israel dan Israel akan mengakui Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) sebagai perwakilan sah rakyat Palestina.

Kesepakatan dalam Perjanjian Oslo ini membuat Otoritas Palestina memiliki beberapa kekuasaan pemerintahan sendiri yang terbatas di Tepi Barat dan Jalur Gaza.

Sebenarnya ini hanya kesepakatan sementara, sebelum apa yang seharusnya menjadi perjanjian damai komprehensif dalam lima tahun. Masalahnya, kesepakatan ini tidak terjadi. KTT perdamaian yang diselenggarakan AS pun gagal.

Kunjungan Ariel Sharon yang saat itu akan menjadi Perdana Menteri Israel ke Kuil Mount di Yerusalem Timur, oleh Palestina dianggap sebagai penegasan kedaulatan Israel atas Masjid Al-Aqṣā (situs tersuci ketiga Islam). Ini juga menjadi salah satu alasan utama yang mengarah pada pemberontakan dengan kekerasan warga Palestina.

Dalam lima tahun setelahnya, konflik terus memanas. Sekitar 3.000 korban dari warga Palestina dan 1.000 korban Israel. Banyak warga sipil Israel tewas karena aksi bom bunuh diri warga Palestina.

Israel pun mundur dari Gaza, dan pada pertengahan 2000-an Hamas sebuah faksi fundamentalis muslim Sunni Palestina yang dianggap sebagai organisasi teroris oleh banyak negara mengambil alih wilayah pesisir. Fatah, organisasi Palestina yang lebih umum tetap mengendalikan Otoritas Palestina yang diakui secara eksternal yang berbasis di Tepi Barat.

Reporter/Penyumbang Bahan: Muhammad Fikri (Magang)

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...